03

49 25 0
                                    

"Sesi woi."

Sesie mengerjabkan matanya dari lamunan melihat cowok di depannya berdiri siap menyeret motor beat itu dengan mata menyipit. Membuatnya bertanya. "Lo kenapa turun?"

"Cepetan panas."

Dino menghela nafas. Lelah kalau sudah berurusan bicara dengan Sesie. Melamun seperti hobi kesekiannya. Walau Dino agak penasaran juga suatu apa lagi yang cewek ini pikirkan tapi jawaban pasti nyeleneh seperti ini, "Gue agak cape sama hidup gue sendiri.."

Seolah hidup dia paling menyedihkan. Dan Dino memilih mengatakan inti dari bicara yang hanya di hiraukan beberapa menit lalu. "Motor gue mogok."

Merasa sorot matahari yang menusuk kulitnya cukup terasa. Sesie pun turun dari motor. "Yaudah." Membenarkan anak rambut di helm bogo hitamnya Sesie kembali berucap. "Mogok habis bensin apa mesinnya yang rusak?"

Otak lo yang rusak. Di pikirin mati mati aja. Batin Dino agak kesal. Namun menjawab semestinya. "Gatau."

"Kalau bensin habis biar gue ke sebrang tuh ada yang jual."

"Gak duluan ?" tanya Dino. Mungkin ini yang Dino sedikit suka dari benci pada Sesie. Tidak seperti cewek lain yang akan marah atau merecoki karena motor yang mogok tanpa tahu. Tetapi juga ada alasan tertentu yang membuat Dino hanya diam dari topik.

"Gue gak mau di hukum sendirian."

"Kalau ada lo kan bisa jalan belakang sekolah."

"Udah cepet. Panas banget lagi. Duit mana? mungkin bensinnya." Sesie mengadah tangannya.

"Duit lo dulu gih. Gue mau minggirin."

"Oke."

Sebaliknya pergi dan kembali menenteng botol kaca dan corong dengan helm yang tidak di lepas Sesie memperhatikan cowok itu menghidupkan motor yang berhasil hidup.

Namun melangkahnya kembali ke Dino. Sesie bersenggolan dengan lawan arah seseorang pada jarak yang agak berdekatan. Di depan warung itu.

Sesie tak mempermasalahkan hanya melenggang pada tujuannya.

Cowok dengan potongan rambut kastanye itu mematik rokok lalu mengapit pada bibirnya. Gestur tubuhnya ke samping namun Lirik tatapannya mengarah pada cewek yang barusan bertabrak bahu dengannya.

Yang melintas ke sebrangan sana.

*

"Udah sana masuk. Gue balik ke kelas." ucap Argi setelah menyodorkan bingkisan entah apa isinya pada cewek itu.

"Bro." panggil Liam merangkul bahu Argi. Ia sempat melihat temannya itu memberikan sesuatu lagi pada cewek yang Liam kenal dan berkata lagi, "Tumben gak nolak permintaan sang nyonya ?"

"Apaan isinya? Baju, sepatu apa makanan?"

"Lo sudah tahu jawabannya gausah nanya."

Liam terkekeh. "Kalau gue tanya lo ada rasa sama dia ?"

"Gak lah. Keysha cuma perantara sama ibu gue."

"Gila sih bicara lo kasar bro." seloroh Liam secara halus dan bertanya lagi. "Kalau Sesie ?"

Argi diam dan Liam tahu jawabannya. Cowok ini lalu berbicara bijak. Ingin menjelaskan untuk yang terbaik nantinya bagi kedua pihak. Namun Argi selalu saja marah menyangkut nama seseorang di masalalu itu di sebut.

"Gi, Sesie sama Jelie itu beda. Lo gak bisa sama-samain mer-"

"Lo sekali lagi sebut. Gue ratain mulut lo."

living with mentalillnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang