26

21 14 0
                                    

"Lo udah tau hubungan Argi dan Jelie gak serusak yang lo kira, kenapa masih berdiri di sisi dia?"

Sesie berhenti memasukkan barangnya dari loker lemari pada paperbag kreseknya. Maniknya menatap ke samping, Liam berdiri dengan posisi menyandarkan tubuhnya pada lemari. Tatapan cowok itu kearah lain, bersedekap.

"Karena gue cinta." ucap Sesie spontan kembali memasukkan barang terakhir. Sendal.

Liam terenyah tawa. "Jangan harap lo bisa berdiri di sisi dia."

Brak!

Pintu di tutup terdengar agak keras.

Sesie membalas tatapan Liam yang sama dinginnya. Ia cuma heran apa dan kenapa cowok ini selalu melindungi Argi. Seakan kebenciannya pada Sesie tak terhingga. Dan Sesie seperti benar-benar parasit atau kotoran yang tidak boleh bersama Argi.

"Lo membenci gue?"

"Gue heran setiap gue deket sama Argi lo selalu mengganggu yang ngerugiin gue."

Liam mengalih matanya ke sembarangan arah. Sebelum kata terakhir dari kalimat ia kembali menatap Sesie. "Bukannya di kelas gak gue doang yang membenci lo? Kalaupun ada yang suka, gue gak tahu dia benar-benar suka atau sekedar pura-pura..."

"Menyukai lo."

Sesie diam. Ia mencerna dengan ekspresi terrenyah senyum. "Gue tahu itu."

"Dan gak perlu lo jelasin. Siapapun yang cuma berpura-pura baik, membenci gue, menceritakan aib gue sekalipun. Gue cuma mau tertawa dan gak sedih dari setiap mereka yang berbicara sama gue.."

"Seolah-olah gue gak akan menyangkal kalau mereka semua memang menyukai gue."

Liam bungkam sesaat. Begitu Sesie selesai menyanggah dengan pandangan sinis melenggang ke mejanya.

"Apa yang lo bicarain sama Argi?" ucap Liam mengganti topik. Seanggapan ia telak kalah dari bicara Sesie.

"Dia ngajak gue jalan." jawab Sesie tak banyak pikir.

"Terus lo setuju?"

Sesie mengangguk dan spontan terkejutnya ia lehernya di cengkeram oleh Liam, Sesie bahkan bisa-bisanya teringat pada Irsa yang melakukannya seperti ini. Tenggorokan yang menghimpit, Sesie menatap ekspresi nanar dari Liam. "Lo ken..pa.."

"Jauhin Argi."

"Jangan nambah luka hanya karena lo ngerasa diri lo sama dia sama-sama kayak orang jahat. Gue tahu lo gak sejahat itu Sie."

"Lo juga gak akan tahu gimana perasaan Jelie? Lo cuma parasit yang..."

Liam menggantung perkataannya atas suara agak lantang dari seseorang berdiri di ambang pintu. Dino memblabak tak percaya dan langsung menerjang tubuh Liam.

Bug.

"Dimo!"

Bug.

"DINO!"

Sesie mengatur nafas kala Dino berhenti dari menghajar wajah Liam, lalu menyingkirkan Dino dari atas tubuh Liam.

"Apa? Lo mau ngebiarin orang kay-"

"Lo kenapa emosian?" lontar Sesie agak melototkan matanya. Maksud dia tuh.. gak suka iya gak suka' pada kelakuan Liam tapi gak harus menghajar. Yang berlebihan.

"Tapi Sie.."

"Itu yang bisa buat lo salahpaham dan melukai dua orang sekaligus."

"Lo cuma lihat langsung jahatnya orang tanpa lo tahu percakapan mereka sebelumnya!!"

living with mentalillnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang