09

29 23 0
                                    

"TAPI LO KETERLALUAN SIALAN!" Sesie berdecak melihat kelima temannya itu menatapnya seolah tak percaya. Bahwa ini Sesie.

Sesie sendiri, menghela nafas dalam sekejap mengatur detak jantungnya berdegup. Meluapkan emosi sedikit melega namun tetap ada sejentil rasa bersalah di hatinya.

"Lo tau apa yang lebih najis dari anjing?" ucap Sesie lebih mengarah ke Anissa. "Temenan sama lo."

"Astgg.. Sesie." desis Riska. Ia tahu kalau Anissa sakit hati atas ucapan Sesie. Dan karena masih ada yang lain menenangkan cewek itu, ia mengejar Sesie pergi.

"Kenapa? Ada apa?" tanya cewek berbandana merah pada salah satu siswi yang mengerumuni depan toilet setelah ia bersitatap dengan wajah seorang cewek yang baru saja membelah jalan untuk pergi.

"Itu sirkel kelas dua belas IPA berantem."

"Argi?"

"Iya. Kasak-kusuknya gitu."

Cewek berbandana merah menghampiri satu cewek lain yang seakan lebih mengetahui banyak hal. "Serius? Serius?" ucapnya sok akrab.

Wajah ketiga cewek itu tampak risih namun satunya lagi yang enjoy saja tetap mengatakan pada dirinya. Sebelum ia tersenyum dan berucap salah satu cewek itu seperti tertarik magnet perkataannya. "Gue boleh bicara berdua sama lo?"

Tak.

Gelas ukuran tinggi itu di letakkan di hadapan Citra-name tag cewek itu.

"Jadi lo pernah kenal Sesie?"

"Gak banyak cuma seliwerannya aja." Citra menoleh kanan-kiri sebelum mendekatkan wajahnya di tengah-tengah meja. Menjelaskan beberapa kasak-kusuk yang dia ketahui.

"Apa? Serius lo yakin ?"

"Hm."

Cewek berbandana itu mendesis. Lalu menatap Citra. "Emang gak pantas sih dari awal dia kenal tuh cewek gatel biar satu komplek juga. polosan gitu berbahaya juga."

Citra memangut-mangut namun terlintas satu pertanyaan membuatnya penasaran. "Kenapa lo jadi penasaran gitu?"

Cewek berbandana itu terbeku sebelum senyuman tipis menghiasi ekspresinya. "Gue sempat kenal. Awal masa MPLS."

"Gue ya pengen temenan aja sama dia tapi gak kesampaian."

"Karena dia punya sirkel, buat gue susah masuk ke sisi pertemanan dia."

Cewek berbandana ini sebaliknya mendekatkan wajahnya juga di tengah-tengah meja. "Lo kan kenal Riri? Bisa lo kasih tahu dia buat temuin gue sama Sesie?"

"Bukannya apa-apa tapi ini lebih baik dari gue langsung bilang sama orangnya. Secara gue cuma kenal sesaat."

**

"Sie."

"Lo serius. Gak. Maksud gue, lo-" Bicara Riska yang tiba-tiba terbelit dan susah mengutamakan suatu hal yang ingin ia ucapkan menggantung oleh sahutan Sesie.

"Kalau lo cuma mau ngebahas sirkel mending pergi."

Riska menghela nafas lirih. Tak dapat menyela bicara yang pasti akan semakin membuat Sesie kesal. Mungkin gue bicarakan nanti- batin Riska.

Bersedekap dengan perasaan mulai membaik perlahan. Sesie harus melihat dan mendengar suara yang tak ingin ia lihat, ia dengar.

"Ris. Temenin gue ke kantin depan." Sesie beranjak setelah beberapa detik di tempat duduknya. Seenggaknya sebelum jam belajar mulai Sesie hanya ingin menghindari keempat cewek itu.

Riska menoleh keempat sirkel itu. Hanya saling tatap tak ada ucapan terlintas yang ingin di ucapkan Riska memilih mengejar Sesie.

"Gimana maksudnya lo tadi Sie?" ucap Riska sekali toleh pada Sesie. Menyetarakan langkah cewek itu di koridor.

living with mentalillnessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang