"Wei wei masuk! Masuk!!" ucap Bani melangkah cepat masuk ke kelas. Sebagian yang duduk di ambang pintu beralih untuk masuk, namun sebagian lagi tak berniat bergerak dari posisi. "Woi masuk." ucapnya lagi sebelum menutup pintu.
Dari salah satu cowok yang memang duduk menghadap ke arah, anak tangga. Seorang guru melangkah menaiki tangga kearah mereka yang spontan baru bergegas masuk.
Sesie membuka mata juga membenarkan posisinya, yang dirinya kembali tidur setelah bercakap dengan Raka. Guru masuk, Sesie dan siswa lainnya menata buku juga alat tulis di meja.
"Yang pakaiannya selain seragam sekolah di lepas!"
Sesie lupa. Segera lah ia menurunkan tudung hoodie dan melepaskannya. Sebelum ibu guru kembali fokus pada tugasnya.
"Hari ini siapa yang gak hadir ?"
"Riri, Annela, Yuna bu."
Selesai mencatat. Ibu guru menatapi seperti biasa ke sekeliling kelas sebelum memulai belajar. Saat itu pula pandangannya terfokus pada cewek di kanan depan dekat pintu.
"Kenapa rambut kamu itu ?"
Sesie tetap tersentak kaget. Diam sebentar mencari alasan pas namun dua kata yang keluar membuat ibu menghampirinya. "Kenapa bu ?"
"Kenapa rambut kamu warna beda, dari yang lain ?!"
Sesie diam tak menemukan jawaban pas. Sampai ibu guru menyentuh helai rambutnya, suara murid lain seperti berbisik terdengar.
"Andre, Fian sama Viky bu sama juga." Itu suara Lia di belakang nya. Karena Sesie yang pindah duduk di tempat Riri mengenali. Tak lama berucap ibu melepaskan helaian rambutnya. Berseru lantang.
"Astaga!!"
"Anak nakal ini!"
"Ibu tunjuk langsung maju berdiri depan kelas!"
Tak terdengar pergerakan dari ketiga cowok itu. Desisan nyaring dari ibu membuat mereka segera maju.
"Sejak kapan aturan sekolah di perbolehkan warnain rambut ?"
"Sejak jaman kolonial belanda." kelakar Andre lemah yang gamplang. Yang di penglihatan Sesie cowok itu juga menyemir rambutnya. Warna biru tenang walau hanya di atas sebagian samping kini dan kanan telinganya.
"Keluar udah kalian. Bawa-"
"Ibunya gak nanya dulu nih kenapa saya cat rambut?"
Ekspresi ibu guru terdiam menatap Viky yang bersuara. Dari penglihatan Sesie tentu saja ibu menahan amarah bukan ingin mendengar apa yang akan di lontarkan Viky. Terlebih jawaban Andre yang asalan.
"Tiga hari yang lalu saya kecelakaan bu."
"Terus hubungan ke cat rambut apa ?" respon ibu guru semestinya. Amarahnya tertahan tipis.
"Kepala saya di pukul pakai balok kayu. Mak-"
"Keluar sekarang! Bawa kursi masing-masing. Hafalkan teks janji siswa dan teks pembukaan UUD sembilan belas empat lima. Setelah bel ibu tagih."
"Gimana hafalnya bu ?" tanya Andre benar-benar tak tahu
"Masa gak hafal setiap minggu upacara."
"Pakai handphone."
"Kalau gak hafal. Jangan harap pelajaran ibu setelah-setelahnya masuk!"
Lagi-lagi tak ada pergerakan di depan kelas. Sampai ibu guru mendesis keras baru membuat ketiga anak itu bergegas membawa kursi dan keluar.
*
Bel berbunyi. Gerak kaki kursi terdengar menggesek lantai. Mata Sesie terarah pada cowok berambut highlight abu pudar itu. Lebih dulu masuk setelah semua murid dari kelas keluar satu persatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
living with mentalillness
Teen Fiction"Aku menyakiti perasaannya.Tapi aku juga terluka." _______ 2021-2023finish versi modif- cerita membahas ke-stress'an hidup dn percobaan bunuh diri -byk kata kasar bertebar. harap bijak memilih bacaan-