S2 Part:1

30.1K 2.6K 148
                                    

"Bertahan atau dikalahkan, aku pilih melupakan."
         

"K-kalian s-siapa?" Tanya Alvin serak menatap orang-orang itu dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka.

Sedangkan Adrian dan yang lainnya mendengar perkataan Alvin yang terdengar seperti gumaman itu, tentu saja terkejut.

"Adek hiks, adek nggak ingat abang?" Tanya Adit dengan isakan tangisnya, Alvin hanya menggelengkan kepalanya lemah.

Badan Alvin terasa sakit semua, terutama bagian kepalanya dan untuk berbicara saja tenggorokannya juga terasa sakit.

"Kenapa?" Tanya Aslan yang baru datang bersama seorang dokter.

"Alvin nggak ingat kita bang" ucap Aska masih kaget, apa keinginannya dulu benar-benar terjadi?, entah kenapa dia sedikit merasa senang. Setidaknya Alvin nggak ingat perlakuan mereka dulu padanya kan, bukannya itu bagus?. Jadi mereka benar-benar bisa memulai semuanya dari awal lagi, pikir Aska dan tanpa sadar dia tersenyum tipis menatap Alvin.

"APA?" kaget Aslan

"Biar saya periksa dulu" ucap dokter itu dan merekapun memberikan ruang kepada dokter untuk memeriksa Alvin.

Setelah memeriksa Alvin, dokter itu tersenyum ramah pada Alvin.

"Apa kamu ingat nama kamu sendiri?" Tanya dokter itu.

"Gue siapa?" Batinnya dan mencoba mengingat siapa namanya.

"Akhh" ringis Alvin memegang kepalanya yang terasa sakit, semua yang ada di ruangan itu tampak kaget dan merasa tidak tega ketika melihat Alvin yang kesakitan seperti itu.

"Kalau kamu tidak ingat jangan dipaksakan" ucap dokter itu dan menatap keluarga Alvin.

"Saya sudah menduga dia akan kehilangan ingatannya" ucap dokter itu

"Karena benturan di kepalanya yang sangat keras mengakibatkan dinding otaknya mengalami cedera berupa retak, jadi dia kesulitan mengingat kejadian yang dulu bahkan dirinya sendiri" jelas dokter itu dan diangguki mereka

"Apa amnesianya permanen dok?" Tanya Aska, dokter itu menggelengkan kepalanya

"Amnesianya hanya bersifat sementara, kalian bisa membantunya tapi jangan terlalu dipaksa, itu akan membuat kepalanya terasa sakit"

"Terima kasih" ucap Adrian dan menghampiri Alvin dengan senyuman di wajahnya.

"Ini daddy kamu" ucap Adrian

"D-daddy" ucap Alvin serak, mendengar itu Adrian meneteskan air matanya dan mengecup dahi Alvin singkat.

"Terima kasih sudah bertahan" ucap Adrian dan mengelus rambut Alvin

Alvin tersenyum merasakan elusan itu, rasanya hatinya sangat senang ketika mendapat perlakuan seperti itu.

"D-daddy h-haus" ucap Alvin merasakan tenggorokannya sangat kering dari tadi sebenarnya.

Dokter yang masih berada disana langsung membantu Alvin melepaskan masker oksigennya dan Adrianpun membantu Alvin minum dengan menggunakan sedotan.

"Kita ganti nasal cannula aja ya" ucap dokter itu dan diangguki oleh semua.

Setelah nasal cannula itu terpasang di hidung Alvin, dokter itupun pamit keluar meninggalkan Alvin dan keluarganya.

"Alvin, lo gapapa kan, maafkan abang hiks" ucap Adit menatap Alvin dengan mata berkaca-kaca, dia terharu akhirnya adeknya itu bangun lagi setelah tidur panjang selama 3 bulan lamanya. Walau akhirnya dia bangun harus kehilangan ingatannya, adit tidak masalah mungkin pikirannya juga sama seperti Aska.

Alvino Keano (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang