Alvin menatap malas Adrian yang duduk di sampingnya, dia menghela nafasnya pelan melihat sekarang dia benar-benar berada di ruangan psikolog itu.
"Kita ngapain sih ke sini?" Kesal Alvin tapi tidak mendapat jawaban dari Adrian yang sibuk dengan tebletnya.
Karena tidak mendapat jawaban, Alvin berdecak kesal kemudian berdiri hendak pergi dari sana.
"Duduk atau saya borgol kaki kamu" ancam Adrian yang matanya tetap fokus dengan teblet yang ada di tangannya.
"Ngapain gue disini kalau gue nanya aja nggak di jawab, berasa angin lewat aja gue" ketus Alvin dan melangkah pergi, tapi baru sampai di depan pintu keluar dia sudah ditarik masuk lagi oleh Sam.
Klik..
Dan benar saja setelah Alvin dipaksa duduk lagi, sebelah kakinya langsung dipasang borgol dengan kaki sofa yang menahannya.
Alvin lagi-lagi berdecak kesal dan bersandar di sofa itu sambil memejamkan matanya karena malas melihat dan mengobrol sama Adrian. Adrian juga tidak mengajaknya berbicara , dia tetap fokus dengan tebletnya entah apa yang sedang dia kerjakan.
"Maaf saya telat" ucap Seseorang yang baru masuk ke dalam ruangan itu. Mendengar itu Alvin membuka matanya dan menatap seorang pria paruh baya yang usianya tidak jauh dari Adrian, tebaknya.
"Lama lo, gue masih banyak kerjaan" kesal Adrian.
"Maaf, biasa macet di jalan" ucap seorang psikolog itu dan duduk sambil tersenyum ramah di depan Alvin, melihat itu Alvin juga ikutan tersenyum padahal dia tadi kesal banget, entah kenapa melihat senyum itu membuat Alvin merasa tenang. Berbeda dengan orang yang duduk disampingnya itu, wajahnya datar terus, rasanya Alvin ingin mencakar mukanya Adrian.
"Halo kamu Alvin kan?" Tanya psikolog itu dan diangguki oleh Alvin.
"Kenalin nama saya Dave, kamu bisa panggil om Dave aja ya, saya teman daddy kamu kok jadi santai saja sama saya" ucap Davin
"Iya om, om kok mau sih temanan dengan manusia tembok itu?" Heran Alvin, mendengar itu Dave terkekeh pelan berbeda dengan Adrian yang menatapnya tajam.
"Entahlah om juga nggak tau" jawab Dave.
"Om aneh banget, padahal ya om kesan pertama Alvin liat om aja ramah banget, senyum om nular loh, berbeda dengan seseorang yang bisanya cuma bikin kesal" sinis Alvin
"Itu yang namanya dalam pertemanan itu harus saling melengkapi, pasti kamu juga seperti itu kan dengan teman-teman kamu"
"Yang penting kamu nyaman selama berteman dengan seseorang, kenapa nggak kan?" Tanya Dave, Alvin diam dan berpikir tentang teman-temannya kemudian dia mengangguk setuju.
"Om benar juga hehe" cengir Alvin
"Gemes banget sih kamu" ujar Dave dan mengacak-acak rambut Alvin
"Banyak yang bilang gitu sih om, padahalkan menurut Alvin, Alvin itu keren" ucap Alvin membenarkan rambutnya lagi.
"Sudah sekarang mulai saja, saya sibuk" ucap Adrian yang entah kenapa merasa kesal melihat interaksi Alvin dan Dave.
"Baiklah" ucap Dave
"Seperti yang lo jelaskan ditelpon tadi, lo mau menghilangkan Alter egonya Alvin?" Tanya Dave dan diangguki oleh Adrian, sedangkan Alvin yang mendengar itu membolakan matanya kaget.
"Nggak" tolak Alvin langsung berdiri karena saking kesalnya dan menatap Adrian tajam
"Gue nggak mau" tolak Alvin lagi
"Alter ego kamu itu berbahaya, jadi harus disembuhkan" ucap Adrian
"Itu karena lo aja yang sudah bikin dia marah, selama ini Kean juga nggak pernah berbuat macam-macam"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alvino Keano (End)
Teen Fiction(Entah kenapa tiba-tiba Partnya tidak berurutan, kalau mau baca urutin sendiri aja ya, aku juga bingung gimana memperbaikinya).. Alvin merupakan seorang cowok yang hidup dengan tujuan mencari perhatian keluarganya, Karena kejadian di masa lalu membu...