Bab 2 Kesalahan Fatal ✨️

2K 100 6
                                    

"Lelah sekali hari ini, mana udah gelap lagi." Anisha menengadahkan kepalanya melihat kini bulan sudah bersinar terang di langit.

Ketika melihat jam di ponselnya sudah menunjukkan pukul 21.50 WIB. Ia cukup terkejut ternyata selama itu dirinya rapat membahas festival kampus yang akan datang tak lama lagi.
Angin malam menyapu cukup kuat saat itu. Tak ada seorang pun di tempatnya menunggu angkutan umum. Dalam hati Anisha membatin, "Kenapa perasaanku tidak enak, ya? Apa aku hanya kecapean aja? Aku harus cepat pulang!"

Tak lama kemudian angkutan umum datang dan Anisha segera menaikinya. Gadis itu terdiam sejenak menyadari hanya dirinya seorang penumpang di angkot tersebut.

"Pak, antarkan ke pesantren Nurul Iman." ucapnya.

"Oh iya neng siap." balasnya.

Beberapa jam berlalu, tetiba angkutan umum yang di naikinya berhenti. Sopir itu mengatakan bahwa mesin angkotnya tidak berfungsi. Ada sedikit perasaan kecewa dihatinya karena mau tak mau harus turun di tempat itu dan mencari angkutan lain.

"Maaf, ya, neng. Biasanya ini angkot gak pernah mogok. Yaudah neng gak usah bayar gak apa-apa." Ucap Pak sopir tak enak.

"Eh gak apa-apa, pak. Saya tetep bayar, kok." ucap Anisha memberikan uang.

"Ya Allah... Makasih, ya, neng." jawab sopir itu.

Anisha menghela napasnya sembari melangkah pergi meninggalkan tempat itu. "Padahal capek banget, kenapa harus mogok sih?" batin Anisha bernada lesu.

Ditengah jalannya itu dari kejauhan samar-samar ia melihat seseorang tergeletak di tepi jalan. Penasaran dengan hal itu Anisha pun memutuskan mendekat melihat keadaan.

"Eh dia kenapa? Apa sudah terjadi kecelakaan?" gumamnya melihat sosok laki-laki muda yang tak sadarkan diri dengan bajunya yang lusuh.

"Assalamu'alaikum, Mas. Maaf, Mas baik-baik saja, kan? Mas bisa dengar saya?" panggilnya.

Seketika tangannya refleks menutup hidungnya menyadari ada bau menusuk yang tak disukainya. "Astagfirullah... Ini bau apa, ya? Baunya menyengat sekali dari laki-laki ini. Seperti bau ... arak?" batinnya. Anisha sedikit menahan napasnya tak kuat mencium bau itu.

"To-tolong...."

"Ada yang bisa saya bantu, Mas?" tanya Anisha.

"Bawa saya ... Mobil itu...." jawabnya menunjuk ke mobil hitam tak jauh darinya.

Pandangannya beralih mengikuti tangan laki-laki itu yang menunjuk ke satu tempat. "Oh bantu bawa ke mobil? Sebentar, ya."

Ketika akan mengangkat tubuh lelaki itu, kakinya terasa lemas tak kuat mengimbangi berat laki-laki tersebut. Anisha tak menyerah ia melangkah pergi mencari seseorang berharap bisa membantunya. Entahlah hatinya terketuk untuk menolong laki-laki itu. Mungkin karena Anisha memang suka menolong orang. Ia tidak akan setengah-setengah untuk membantunya.

"Eh Pak boleh minta tolong?" tanya Anisha kepada laki-laki berjas lengkap dengan tas jinjingnya.

"Kenapa, neng?" ucap bapak-bapak yang baru pulang dari kantor.

"Sepertinya Mas ini kecelakaan dan minta dibawain ke mobilnya. Saya gak bisa menuntunnya. Maaf, ya, pak ngerepotin." kata Anisha tersenyum tipis.

Dalam Dekapan Luka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang