Piring itu jatuh berserakan di lantai. Cepat-cepat gadis itu membersihkannya dengan tangan kosong.
"Aww! Sstt... Ketusuk. Kenapa sih tanganku lemas gini? Duh mana udah mau jam delapan,"
Setelah beres-beres Anisha bergegas pergi ke kampusnya karena kebetulan ada matkul pagi di kelas bahasa. Sesampainya di kelas, tampak teman-temannya menyambutnya.
"Wih Assalamu'alaikum Ukhti. Sini gabung kita cerita-cerita mumpung pak Edi belum dateng." Ajak Vita tersenyum. Begitu juga yang lain.
"Waalaikumsalam. Memang lagi bahas apa?" tanya Anisha mendekat.
"Bukannya aku mau ngomongin orang ya tapi ini buat informasi aja." Karin mulai membuka obrolan.
"Emang apa sih?" Vita dan Afi penasaran termasuk Anisha.
"Tau gak temenku si Tia dia ketauan hamil diluar nikah!"
"Astaghfirullahalazim!" ucap mereka berbarengan.
Anisha terdiam mendengar itu. Ingatannya kembali flasback ketika kejadian kelam malam itu.
"Terus?" tanya Anisha.
"Denger-denger sih ya katanya kalau hamil diluar nikah itu dia gak akan ngerasain sakitnya lahiran, ngidam dan perutnya nih gak akan keliatan besar." Jelas Karin.
"Buktinya temen ku si Tia itu dia lahiran di kamar mandi seorang diri! Bayangin coba bisa-bisanya lahiran sendirian. Ih amit-amit, ya." Karin memperjelas ceritanya.
Refleks Anisha memegang perutnya dan menyadari akan sesuatu.
Apa aku juga akan seperti temannya Karin?
Lamunannya buyar saat Afi menepuk pundaknya. "Kenapa Anisha? Kamu tiba-tiba langsung diam." Herannya.
"Eh enggak. Aku... Aku kaget aja dengarnya." Jawab Anisha tersenyum tipis.
"Eh tapi Iya tau, tetangga ku juga tiba-tiba lahiran padahal selama aku bertemu dia gak ada tuh perutnya besar. Dia bisa beraktifitas seperti biasa. Katanya sih dia dihamilin pacarnya." Vita ikut berargumen.
"Tapi kalau," Belum sempat Anisha menyelesaikan perkataannya, dosen mereka datang dan alhasil obrolan mereka berakhir.
Sepanjang mata pelajaran hati gelisah tak karuan. Dirinya benar-benar takut bila akan mengalami hal yang disebutkan Karin dan Vita tadi.
Waktu berlalu ketika jam istirahat ia pergi seorang diri ke kantin. Karena masih terpikirkan pembicaraan di kelas tadi, ia sampai tidak menyadari kedatangan Elisa.
"Nis, Nisha! Anishaaa...!" panggilnya nyaring.
"Eh Iya? Healah Elisa rupanya. Kenapa, Lis?" tanya Anisha.
"Kamu kenapa sih? Aku panggil-panggil tidak nyaut. Kamu dijaili sama Delfano? Mana tuh anak biar aku hajar." ucapnya.
"Eh bukan itu. Sebenarnya..." Anisha pun menceritakan masalahnya pada Elisa.
Gadis itu tersenyum lalu berusaha menenangkan sahabatnya yang tengah diselimuti rasa sesal dan takut.
"Tenang aja, Nis. kamu kan gak salah. Kamu sudah berusaha untuk menghindar tapi takdir berkata lain. Aku yakin kamu akan merasakan semua itu." ucap Elisa.
"Terima kasih, Lis."
Ketika perjalanan pulang, Anisha menyadari sesuatu yang tak biasa. "Delfano ke mana, ya? Sepanjang di kampus aku tidak melihatnya. Apa dia marah karena ucapanku semalam?" Batinnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Dekapan Luka
RomanceKesalahan yang terjadi di malam itu meninggalkan trauma mendalam dihati Anisha. Perasaan malu dan takut terus menghantui jiwanya. Ke mana pun ia berlari pasti selalu jatuh ke pelukan laki-laki yang merampas mahkotanya. Perasaannya semakin berkecamuk...