Di saat yang sama, segerombolan wartawan menggedor-gedor gerbang rumah keluarga Arsyanendra. Hampir saja gerbang itu jebol oleh kumpulan orang-orang yang menginginkan penjelasan. Untungnya ada banyak penjaga yang sigap menahan gerbang tersebut.
Tak hanya para wartawan yang berkumpul memaksa masuk ke rumah itu. Semua pemimpin perusahaan yang bekerja sama dengan Ayahnya Fano ikut menanyakan kepastian berita tersebut.
Aku tidak bertindak cepat sampai-sampai berita itu memengaruhi reputasi perusahaanku. Sejak berita itu masuk siaran televisi, banyak perusahaan yang memutuskan kontrak dengan Arsya Corp. Aku harus bagaimana?
Pak Edric begitu cemas memikirkan berita tersebut."Tuan Besar, bagaimana ini? Berita tentang tuan muda sudah menyebar hingga ke televisi. Kalau terus dibiarkan nama baik keluarga Arsyanendra akan hancur dan itu berpengaruh pada perusahaan." ucap sekretarisnya.
"Kamu benar, ini harus segera diatasi. Ryuu, katakan pada mereka bahwa berita itu hanya hoax, editan, atau apalah terserah yang penting berita itu bisa menghilang. Saya tidak mau tau, saat ini juga berita itu harus segera dihapus!" pintanya.
"Siap tuan besar!"
Sekretarisnya pun turun menemui para wartawan itu. Baru saja keluar dari gerbang sejuta pertanyaan dilontarkan wartawan itu.
"Apakah benar putra sulung keluarga Arsyanendra melakukan hal tersebut?"
"Bagaimana bisa seorang anak yang terpandang melakukan hal itu pada gadis lulusan pesantren?"
"Atas dasar apa dia melakukan hal tersebut terlebih lagi pada seorang santriwati dari pondok pesantren terkenal itu?"
"Sejak kapan sudah berapa lama? Dan apakah mereka sepasang kekasih?"
Semua pertanyaan itu sedikit membuat otak sekretaris itu pusing. Dengan tenang namun tegas, dirinya menyangkal semuanya dan mengatakan berita itu bohong.
Kemudian menjelaskan foto yang ada di media sosial itu hanya editan karena wajah dua orang di foto itu tidak jelas.
"Saya katakan untuk terakhir kalinya bahwa berita itu bohong! Hoax!" tegas Sekretaris itu.
"Berita itu hanya dibuat-buat oleh orang yang tidak menyukai Putra saya." ucap Pak Edric menambahkan.
Semua orang yang melihat berita itu kembali dibuat bimbang karena belum ada kepastian dari pihak kampus.
***
Anisha mengikuti langkah Vita dan teman-temannya. Elisa juga ikut bersama Anisha untuk menemaninya. Dengan kasar Vita menarik tangan Anisha seolah ingin cepat sampai ke tempat tujuannya.Sesampainya di ruangan itu, Anisha dipersilahkan duduk. Di ruangan itu hanya ada dirinya dengan Bu Eti saja. Teman-temannya hanya diperbolehkan mengantarkan sampai luar ruangan.
"Kamu tau di mana Delfano berada?" tanya Bu Eti dengan nada serius.
"Tidak, Bu." Jawabnya menunduk.
"Benar tidak tau?"
"Saya benar-benar tidak tau Delfano di mana, Bu." Jawab Anisha menatap wanita itu.
Bu Linda masuk membawa sekotak kecil entah apa isinya. Dia juga mengabarkan bahwa Delfano tidak ditemukan di mana pun. Teman-teman yang selalu menempel pada Delfano pun tidak tau keberadaannya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Dekapan Luka
RomanceKesalahan yang terjadi di malam itu meninggalkan trauma mendalam dihati Anisha. Perasaan malu dan takut terus menghantui jiwanya. Ke mana pun ia berlari pasti selalu jatuh ke pelukan laki-laki yang merampas mahkotanya. Perasaannya semakin berkecamuk...