"Kalau aku bisa mengendalikan hujan, akan ku buat cerah kembali." ucap Delfano.
"Memangnya kamu avatar? Dasar gajelas." balas Anisha.
Jdeeerr!!
"Allahu akbar! Ya Allah...." Sambaran petir itu membuat Anisha ketakutan.
Delfano sedikit mendekat lalu menyodorkan tangannya seakan mengajaknya untuk pergi. "Ikutlah denganku, ada yang ingin aku sampaikan di mobil." Tuturnya.
"Tidak! Nanti kamu malah memanfaatkan keadaan." Tolak Anisha.
"Percayalah, aku tidak akan berbuat apa-apa. Lagian di mobil bukan hanya kita berdua, ada sopirku." Delfano mencoba membujuk.
Anisha masih saja terdiam tak memedulikan lelaki di sampingnya. Hatinya begitu takut bila kejadian itu terulang kembali.
"Masih tidak mau?" Delfano kembali menawarkan.
"Tidak! Aku bilang tidak ya tidak!" tegasnya.
"Kenapa bisa tiba-tiba hujan deras sih? Angkot juga kenapa gak dateng-dateng?." Batin Anisha.
Rasa gelisah menyelimuti hatinya. Ingin sekali ia menelepon ayahnya namun sayang batrei ponselnya habis. Ia mencoba menghangatkan diri dengan memeluk dirinya sendiri dan mengusap kedua tangannya.
"Sekarang masih tidak?" Pertanyaan yang ketiga itu membuat Anisha goyah. Ia sudah tak kuat menahan dingin dan pegal karena berdiri.
"Pak Den." Panggilnya pada sopirnya.
Dengan cepat laki-laki tua itu datang membawa jaket tebal dan memakaikannya pada Anisha.
"Mari Nona, saya antarkan masuk mobil." ujar pak Den.
"Ba-baiklah." Gadis itu berjalan menuju mobil hitam. Seketika langkahnya terhenti setelah Delfano masuk lebih dulu ke mobil.
Anisha tersentak melihat kendaraan itu. Lantas ia membatin, "Mobil ini kan ... Mobil waktu kejadian itu."
Melihat gadis itu terdiam, Delfano kembali keluar. "Kamu tidak kedinginan? Masuklah. Sudahku bilang tidak perlu takut."
Walaupun kakinya enggan untuk melangkah masuk namun tubuhnya sudah tak kuat menahan dingin. Melihat Anisha yang tidak bereaksi apa-apa membuat kesabaran Delfano habis.
"Masih diam hm? Sudah ku tawar dengan cara halus, kamu masih tak bergerak? Baiklah, mungkin aku harus sedikit kasar." ucap Delfano tersenyum.
Belum sempat membalas ucapan itu tetiba tangan kanannya ditarik ke dekapan laki-laki itu lalu tubuh Anisha diangkat dan di bawa ke dalam mobil. Jelas perlakuan itu membuat Anisha meronta dilepaskan. Tak lama Pak Den pun menjalankan mobilnya.
Anisha terus menunduk tak berani menatap orang di sampingnya. Gadis itu membatin, "Ya Allah lindungi aku, semoga tidak terjadi apa-apa dan aku bisa pulang dengan selamat. Untungnya ada sopir laki-laki itu jadi kami tidak berdua saja"
"Kenapa dia harus duduk di sampingku? Kenapa tidak duduk di depan bersama sopirnya?" gumamnya.
"Maaf."
Anisha bingung dengan kata yang keluar dari mulut Delfano.
"Perlakuanku tadi agak kasar. Aku hanya ingin berbicara denganmu. Aku ingin menjelaskan sesuatu sebelum menjadi masalah besar." ucap Delfano menatap gadis di sampingnya.
Anisha membuang napas panjang seolah malas mendengar laki-laki itu bicara. "Apa? Apa yang mau kamu jelaskan?"
"Tentang kejadian malam itu. Aku sungguh diluar kendali, minuman itu mempengaruhiku dan aku tidak bisa melawannya." jelas laki-laki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Dekapan Luka
RomanceKesalahan yang terjadi di malam itu meninggalkan trauma mendalam dihati Anisha. Perasaan malu dan takut terus menghantui jiwanya. Ke mana pun ia berlari pasti selalu jatuh ke pelukan laki-laki yang merampas mahkotanya. Perasaannya semakin berkecamuk...