Sedih, kecewa, marah semuanya teraduk menjadi satu. Hal yang dipikirkannya saat ini adalah ingin segera bertemu dengan Fathan dan menanyakan perihal rahasianya yang bocor.
Delfano yang ikut mendengarnya pun dibuat geram dengan sepupunya Anisha. Wajah penyesalan tergambar di kedua temannya. Berkali-kali Dinda meminta maaf namun Anisha hanya diam.
"Heh kamu pikir maaf saja cukup? Padahal kamu sudah janji sama Fathan tapi kenapa kamu cerita ke sahabatmu, hm?" balas Elisa ikut kesal mendengar pengakuan itu.
"Aku tau tapi..."
Belum selesai Dinda berucap, Anisha sudah melangkah pergi meninggalkan mereka. Melihat sahabatnya pergi tanpa berkata apa-apa, Elisa pun ikut menyusulnya.
Hari itu Anisha hanya mengambil dua kelas dan sisa waktunya ia gunakan untuk pergi menuju kediaman sepupunya. Sesampainya di depan pondok pesantren, dengan perasaan campur aduk Anisha masuk mencari keberadaan sepupunya.
"Eh Mbak Anisha, ya? Pasti mau ketemu Umi, mari saya antar." Tiba-tiba Security pesantren muncul.
"Tidak. Tolong antarkan saya pada Fathan,"
"Oh baik siap. Mari Mbak...."
Gadis itu mengikuti langkah pak Ucup menuju kediaman Fathan. Setelah sampai ia pun berterima kasih dan security itu pergi.
Dari kejauhan tampak sosok laki-laki yang dicarinya tengah menyapu dedaunan di halaman rumahnya. Emosi itu tak bisa ia tahan lagi. Dengan cepat ia berjalan menghampiri Fathan.
"Assalamu'alaikum!" ucap Anisha menatap tajam Fathan.
"Waalaikumsalam warohmatulohi wabarakatuh. Nisha? Ada apa kamu datang ke pesantren? Mau menemui Umi?" tanya Fathan.
"Tega kamu, Fat." ucap Anisha.
Fathan terheran dengan ucapan Anisha, melihat dari raut wajahnya benar-benar marah saat ini.
"Aku pikir kamu bisa memegang janji dengan baik. Kenapa kamu katakan rahasiaku pada Dinda dan Habibah?" tanyanya menahan sakit dihatinya.
"Nisha, aku tidak bermaksud apa-apa. Mereka terus mendesakku dan aku pikir itu bagus agar mereka bisa paham kondisimu." jawab Fathan tenang.
"Bagus kamu bilang? Apa kamu tidak memikirkan ke depannya bila mereka malah membocorkan rahasia itu? Kamu tau gara-gara kamu menceritakan rahasiaku pada mereka, aku hampir saja dikeluarkan dari kampus! Kamu tidak lihat beritanya?"
"Anisha, dengarkan aku dulu..." ucapannya terhenti saat Anisha lebih dulu melanjutkan kalimatnya.
"Kenapa kamu tidak memikirkan perasaanku Fathan? Sejak kemarin berita tentang kehamilanku menyebar luas di sosmed bahkan sampai masuk televisi. Hatiku sesak mendengarnya, Fathan."
Melihat kedua mata Anisha berkaca-kaca, Fathan pun mencoba menceritakan semuanya. Mulai dari ia di desak oleh dua temannya Anisha hingga banyak wartawan yang pagi tadi datang menggedor-gedor gerbang pesantren.
Anisha tak menyangka para wartawan akan datang ke pondok pesantrennya. Gadis itu juga menceritakan hal yang sama yang dialaminya di kampus. Hampir saja dia ketahuan saat tes kehamilan itu. Beruntungnya semua percaya dengan hasilnya.
"Maaf, maafkan aku Anisha. Aku memang salah sudah melanggar janjiku sendiri. Tapi jujur aku tidak berniat untuk menyakiti hatimu." Sesal Fathan.
"Apa kamu benci dan kecewa padaku jadi kamu ingin membongkar rahasiaku?" tanya Anisha menahan air matanya.
"Tidak mungkin aku berpikiran seperti itu. Aku tidak membencimu." Jawab Fathan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dalam Dekapan Luka
RomanceKesalahan yang terjadi di malam itu meninggalkan trauma mendalam dihati Anisha. Perasaan malu dan takut terus menghantui jiwanya. Ke mana pun ia berlari pasti selalu jatuh ke pelukan laki-laki yang merampas mahkotanya. Perasaannya semakin berkecamuk...