GARVIN (11)

5K 302 1
                                    

Remaja yang memiliki tubuh mungil berjalan mengendap-endap mendekati gerbang sekolah, tubuhnya yang kecil memudahkannya bersembunyi dimana saja. Disaat murid SMA Garuda berjalan masuk Arvin malah berjalan keluar tujuannya hanya satu--gerbang depan sekolah dan pergi berjalan jalan karena dirinya yang malas mengikuti pelajaran hari ini yang membuatnya mengantuk.

“Yoossshhh!!” Serunya pelan saat berhasil melewati pos satpam tanpa ketahuan dan berhasil melewati gerbang, tubuhnya bergerak cepat bersembunyi pada pohon besar didekatnya saat melihat beberapa teman sekelasnya.

“Anjrottt! Gw dah kek mata-mata” Monolognya saat berhasil bersembunyi dari teman abang nya maupun murid SMA Garuda lainnya bukannya Arvin sombong hanya saja hampir semua murid SMA Garuda mengenal Arvin sang pentolan sekolah, kaki kecilnya terus berjalan menjauh dari area sekolah. Saat dirinya mengistirahatkan kaki nya diwarung yang lumayan jauh dari sekolahnya, Arvin memakai hoodie yang dia bawa lalu kembali melanjutkan langkahnya dan berjalan tanpa tujuan.

“Enaknya gw kemana dulu nih?” Tanyanya entah pada siapa.

“Ehhh ntar kalo abang gw nyariin gw gimana?” Lanjutnya lagi.

“Ahh bodo amat, lagian gw keluarnya cuman bentar”

 
Tadi saat baru saja sampai disekolah Arvin bertanya pada Sean pulang jam berapa padahal dirinya baru saja menginjakkan kakinya ditempat parkir sekolah dan belum masuk ke kelas dan pertanyaan Arvin hampir membuat Sean menampol kepala belakang Arvin jika dirinya tak ingat jika pawang Arvin dimana-mana.

“Senangnya dalam hati....... Eyyy”

“Kalo beristri--Anjayyy!”

Arvin mendadak berhenti saat melihat gerobak yang menjaul makanan favoritnya yaitu pentol. Arvin berlari kecil sambil melompat mendekati mamang penjual pentol dengan mata berbinar.

“Mamang! I miss you!! ” Teriaknya yang membuat abang penjual pentol hampir tersedak minumannya saat mendengar teriakan Arvin. Mang Is menatap heran pada pelanggan tetapnya yang tiba-tiba berjalan secara slowmotion dengan tangan yang terulur kearahnya beruntung dirinya sudah terbiasa dengan tingkah ajaib bocil yang sering membeli dagangannya.

“Ngapain den??” Tanya Mang Is dengan wajah tertekan saat Arvin masih berjalan dengan mode slowmotion padahal jarak gerobak dengan Arvin tidak terlalu jauh hanya beberapa langkah lagi dan Mang Is sudah lelah menunggu Arvin yang tak kunjung sampai. Dirinya harus kembali berkeliling sebelum matahari semakin terik.

2 menit

“Tinggal nih!” Ancamnya.

“Ehh jangan mang” Arvin dengan cepat berdiri tepat didepan gerobak Mang Is saat melihat Mang Is hampir mendorong gerobak pentolnya.

“Mang, pentol nya kayak biasa” Ucapnya dengan cengiran lebarnya yang hampir membuat Mang Is melemparinya dengan botol sambal didekatnya.

“Aden nggak sekolah?” Ucapnya saat melihat Arvin memakai seragam sekolah tapi malah berada diluar.

“Bolos mang, biasa” Jawabnya yang mendapat anggukan.

“Sambel nya jangan banyak-banyak mang”

“Tumben” Mang Is mengangkat alis bingung saat mendengar ucapan Arvin karena biasanya pelanggan imutnya akan meminta sambalnya lebih banyak dari saus.

“Cari aman” Ucap Arvin dan lagi membuat Mang Is mengangguk paham.

“Emang aden Arvin nggak dicariin yang lain?” Mang Is ikut mendudukkan tubuhnya di trotoar dengan Arvin disebelahnya yang makan dalam diam.

GARVIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang