Sekolah SMA Garuda mendadak heboh setelah mendengar berita hilangnya Arvin. Sean yang mencari Arvin untuk menepati janjinya saat istirahat pertama dirooftop sekolah tak melihat Arvin bahkan Sean sampai mencari Arvin diruangan biasa juga tak melihat batang hidung Arvin. Sean mencoba menghubungi Arvin malah menemukan ponsel Arvin berada di loker meja di atas tumpukan buku paket Arvin. Karena panik Sean melapor pada Galen serta yang lain dan menanyakan tentang Arvin pada teman-teman sekolahnya tapi mereka tak ada yang melihat Arvin sama sekali. Rian hampir mengamuk saat mengetahui Arvin hilang satu kata yang diucapkan Sean membuatnya takut, kejadian beberapa bulan yang lalu masih membekas di ingatannya.
Arvin yang menghilang setelah pulang dari sekolah dan Rian maupun yang lain tak dapat menemukan Arvin dimanapun. Keluarganya serta keluarga teman-temannya bahkan ikut mencari Arvin dengan meminta bodyguard keluarga masing masing menyusuri kota Jakarta tapi mereka tak bisa menemukan Arvin. Disela kepanikannya ponsel Rian bergetar dan ternyata musuh bebuyutannya mengiriminya foto. Saat Rian membuka pesan tersebut musuh bebuyutan nya mengirimi foto Arvin yang terikat dikursi dengan beberapa luka diwajah maupun tubuh kecil Arvin yang membuat emosi sekaligus cemas dengan keadaan Arvin. Setelah kejadian itu Arvin koma hampir 3 minggu sedangkan keadaan musuh bebuyutan Rian hanya tinggal kenangan alias mati ditangan Rian yang menghajar habis-habisan musuhnya.
***
"Cari sampai dapat!" Ucapnya dengan nada yang ditekan disetiap katanya lalu mematikan sambungan telpon bahkan orang disebrang sana belum menjawab.
"SIALAN!!"
BRAAAKKKKKK!!
Rian melampiaskan emosinya dengan menggebrak meja sedangkan yang lain hanya menampilkan wajah datar dengan urat leher yang mencuat. Isa yang biasanya jarang menunjukkan sifat aslinya kini menatap lurus pada tembok dengan pemikiran yang melayang jauh.
BUUUGGGGGG!!
Galen memukul tembok ruangan tempat mereka beristirahat jika lelah dan menimbulkan sedikit retakan. Sean sibuk dengan laptopnya untuk mengecek cctv sekolah mancari jejak Arvin atas suruhan kakak sepupunya.
"Ketemu!!!" Serunya.
Galen dan yang lainnya mendekat pada Sean yang duduk dikarpet dan fokus melihat layar laptop Sean.
"Arvin cabut waktu bel belom bunyi" Jelasnya yang membuat bulu kuduknya merinding saat mendengar suara gemelatuk gigi Galen ditambah aura Rian, Valo bahkan Isa yang ikut mengepalkan tangan karen emosi. Mereka merasa lega sekaligus marah karena Arvin yang pergi tanpa izin dari mereka dan Arvin yang tak membawa ponselnya supaya mudah dihubungi.
Berbeda dari yang lain seorang pemuda yang berdiri dipojok ruangan dengan menyandarkan tubuhnya pada tembok dan tangan bersedakap dada hanya diam menyimak dengan wajah datarnya. Ruangan yang dijadikan Galen serta yang lain terasa hening sampai tiba-tiba deringan ponsel milik pemuda yang menyandarkan tubuhnya pada tembok memecah keheningan.
"Hmmm" Dehemnya.
Rayyan menatap teman-temannya lalu menyampaikan berita yang tadi disampaikan bodyguard milik Daddy-nya untuk ikut mencari Arvin.
"Gerbang belakang "
Galen yang mengerti maksud Rayyan pergi keluar ruangan di ikuti yang lain kebelakang sekolah. Mereka berdiri tak jauh dari tembok belakang sekolah dan samar samar mereka mendengar isak tangis Arvin.
.
.
.
"Hiks... Mama~" Arvin berjalan mondar mandir seperti setrikaan. Arvin bimbang haruskah dia masuk lalu harus bertemu dengan para abangnya atau pulang lalu meminta Freya untuk membujuk abangnya agar tak marah tapi akan mendapat omelan Freya terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
GARVIN (END)
FanfictionHanya seonggok cerita kehidupan seorang GARVIN REVIANO AVRAM yang menjalani pahitnya kehidupan tanpa adanya orang tua dan hanya ditemani oleh sahabat Arvin yang sudah dianggapnya keluarga dengan dibumbui konflik ringan. Awalnya berjalan lancar sebel...