GARVIN (15)

5.6K 266 21
                                    

Matahari mulai menunjukkan sinarnya diufuk timur, disusul suara kicauan burung yang hinggap dipohon membuat suasana pagi halaman belakang mansion Livingston terasa sejuk.

Tenda besar ditengah-tengah halaman luas yang tak banyak ditumbuhi pohon masih terasa sepi karena penghuni nya yang masih tertidur pulas didalamnya dan sama sekali tidak merasa terganggu dengan sinar matahari pagi yang sedikit menembus pada tenda. Kumpulan pria tampan didalam tenda masih asyik bergelung dalam selimut dan kondisi dalam tenda yang nampak berantakan karena para penghuninya yang tidak bisa diam kecuali Livingston bersaudara juga ketiga pria yang berwajah datar yang tidur seperti putra kerajaan.

Remaja yang paling kecil dari segi umur maupun tubuh menggeliat kecil merasa terganggu. Matanya perlahan terbuka sedikit demi sedikit posisinya yang telentang dengan perut Sean yang dijadikan bantal dan menghadap pada sisi kiri tenda yang langsung menghadap pada sinar matahari.


Hoaamm!

Arvin mendudukkan tubuhnya dengan mata sedikit tertutup karena silau tangannya mengusap perutnya yang terasa lapar. Dengan sempoyongan Arvin mencoba berdiri sembari mencoba mengumpulkan nyawanya yang masih berkeliaran.

Seseorang yang sedari tadi diam dibangku taman menunggu Arvin bangun tersenyum kecil saat melihat Arvin yang berdiri didepan tenda dengan wajah ling-lung mencoba mengumpulkan kesadarannya. Setelah beberapa menit pria yang duduk dibangku taman berdiri lalu berjalan menghampiri Arvin yang masih diam didepan tenda tak bergerak sedikitpun.

"Kenapa keluar sendiri?" David mengangkat Arvin pada gendongan koalanya karena tak tega dengan Arvin yang masih terlihat mengantuk.

"Laper" Jawab Arvin pelan lalu meletakkan dagunya pada bahu lebar David yang menggendong nya.

"Baiklah kita ke dalam"

"Emmm" Arvin bergumam menjawab ucapan David karena matanya yang kembali tertutup dan David lagi-lagi tersenyum kecil karena tingkah menggemaskan Arvin dengan perlahan tangannya mengusap teratur punggung Arvin.

.

.

.

.

.

Robert yang baru saja turun tersenyum kecil melihat Arvin yang tertidur disofa ruang keluarga dengan paha David sebagai bantal nya sedangkan Vera sudah berlari kecil menghampiri Arvin yang tertidur pulas dan mencoba tidak menimbulkan suara agar Arvin tak terbangun.

"Gemasnya!!!!" Pekik Vera tertahan dan berjongkok memposisikan tubuhnya didepan wajah menggemaskan Arvin sedangkan Robert mendudukkan tubuhnya pada single sofa.

"Bagaimana kakak bisa membawanya?" Tanya Vera dengan memainkan tangan mungil Arvin yang menganggur.

"Tadi aku melihatnya terbangun dan berdiam diri didepan tenda saat tak sengaja melewati halaman belakang" Ucap David dengan dibumbui kebohongan saat mengatakan 'tak sengaja melewati' padahal dirinya sudah menunggu Arvin terbangun saat matahari belum terbit.

"Tadi dia mengeluh lapar tapi saat kubawa kemari dengan menggendong nya, dia malah tertidur kembali" Ucap David melirik Arvin yang semakin pulas saat tangan lembut Vera mengusap pelan perutnya.

"Yang lain belum bangun?" Tanya Robert saat tak melihat para putranya dan teman rekan kerjanya.

"Sepertinya belum, tadi yang kulihat hanya Arvin" Robert mengangguk paham mendengar balasan sang kakak.

Vera masih sibuk mengusap pelan perut Arvin yang terbalut piama bergambar kucing biru karakter kartun Jepang yang dititipkan Freya pada Galen.

"Bagaimana cara kita meminta hak asuh Arvin pada abangnya yang lain?" Robert menghela nafas bingung.

GARVIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang