GARVIN (42)

1.4K 112 22
                                    



Maaf ya baru bisa up sekarang, kemarin selesai nulis bukannya diedit dikit terus di up malah ketiduran maap bangett🙏🏻🙏🏻🙏🏻.


Soalnya kemarin selesai nya malem banget jadi udah diobrak obrak mak author suruh tidur, huhuhu maapkan🙏🏻🙏🏻🙏🏻



Sorry for typo and happy reading! 😆🫶🏻🫶🏻




__________________





Mansion Livingston pagi ini terlihat ramai karena rengekan sibungsu yang ingin pergi sekolah, setelah kejadian kemarin Robert tak mengizinkan bungsunya sekolah, anggota keluarga yang lain pun setuju dengan usulan Robert. Bahkan Galen setuju dengan ide Robert agar Arvin homeshooling saja tentunya Arvin menolak keras ide sang Daddy. Dirinya lebih senang jika pergi langsung kesekolah dan bertemu dengan teman-teman lainnya lalu bermain serta bercanda bersama daripada sekolah dirumah yang pastinya membuat dirinya bosan.



"Daddy! Adek mau sekolah huweeee!" Pecah sudah tangisan Arvin.


Dirinya sudah lelah merengek tapi tak ada tanggapan apapun dari Daddy, Papi juga para abang serta kakaknya. Vera tak bisa membantu karena dirinya sudah mencoba berbicara pada sang suami tapi jawabannya tetap tidak. Yang bisa dilakukannya hanya menenangkan bungsunya yang kini tidur dilantai ruang keluarga sebagai bentuk protesannya.



"Hiks... pokoknya adek mau sekolah" Ucap Arvin untuk yang kesekian kalinya.


Robert serta yang lain tak menggubris ucapan Arvin, mereka sibuk dengan gadget masing-masing untuk memeriksa pekerjaan mereka. Bahkan Rayyan yang biasanya luluh kini sama sekali tak melirik sang adik, dirinya lebih memilih merespon pesan dari temannya di Kanada yang sebentar lagi akan sampai dibandara internasional Indonesia untuk berkunjung kesini menemuinya.


Arvin yang tak mendengar suara apapun dari mereka mendudukkan tubuhnya, matanya masih mengeluarkan air mata dengan isakan yang cukup keras. Melihat mereka yang mengabaikan dirinya membuat Arvin semakin kesal, tangisannya semakin keras sampai maid yang sibuk mengurus taman halaman belakang mansion bisa mendengar tangisan Arvin. Vera yang melihat bungsunya menangis keras membawa tubuh Arvin pada gendongannya, tangannya mengusap pelan punggung kecil Arvin untuk menenangkan sibungsu sesekali tubuhnya bergerak ke kanan ke kiri seperti menimang bayi.



"Cupcupcup, berhenti nangisnya ya, nanti sesak sayang, lihat wajah adek udah merah sekali. Berhenti nangisnya ayo, nanti Mommy bantu berbicara lagi dengan Daddy okey" Ujar Vera menenangkan.



Para lelaki Livingston terlihat menatap Arvin merasa bersalah, tapi mereka tak bisa dengan mudah mengganti keputusan mereka. Robert berjalan mendekat pada istrinya yang berjalan kesana kemari sembari menggendong Arvin yang masih menangis keras bahkan tak sekali putranya itu terbatuk karena terlalu keras menangis.



"Hikss.. huhuhu Mommy" Sedunya, dirinya ingin sekali meraung-raung untuk melampiaskan kesal dihatinya tapi tak bisa. Jadi yang bisa dilakukannya hanya mengencangkan tangisannya sesekali memukul pahanya untuk melampiaskan kesal dihatinya.


Robert yang melihat istrinya kesusahan menahan gerakan tangan Arvin yang memukul tubuhnya sendiri menagmbil alih tubuh Arvin untuk ia bawa pada gendongannya. Tapi Arvin malah memberontak digendongan sang ayah bahkan sesekali dirinya memukul pundak Daddynya.



"Huwaaa!! Hikss.. ndak mau ndak mau!! Adek enggak mau sama Daddy hikss... Mommy uhuk uhuk" 


"Iyaiya oke adek dengan Mommy, tapi berhenti pukul badan adek nanti sakit badannya" Ujar Vera lalu kembali membawa tubuh Arvin pada gendongannya.



GARVIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang