GARVIN (21)

3.1K 180 3
                                    


Arvin menyuapkan keripik kentang pada mulutnya dengan tidak nyantai, padahal saat jam kosong disekolahnya Arvin akan berkeliaran kesana kemari untuk mencari target. Dirinya merasa bosan karena tak bisa melakukan rutinitasnya yaitu menganggu para guru SMA Garuda. Karena semua guru sedang mengadakan rapat penting dan Arvin sudah diperingatkan agar tak mengganggu.

"Se" Panggilnya pada Sean yang sibuk dengan ponselnya.

"Kenapa?" Sean tak mengalihkan perhatiannya pada ponsel dan itu membuat Arvin kesal.

"Dahlah gak mood!" Arvin memutar tubuhnya membelakangi Sean yang duduk tepat disebelahnya.

Sean buru-buru mematikan ponselnya sebelum Arvin kesal karena itu akan membuatnya kesulitan.

"Vin" Sean mencolek punggung Arvin tapi tak ada reaksi apapun.

"Lo mau apa ntar gw beliin deh" Ucap Sean mencoba memancing Arvin tapi tetap tak ada reaksi yang diharapkan Sean.

"Vin"

"Bodo, nggak denger"

Sean menghela nafas, Arvin pundung kawan dan itu akan membuat Sean kesulitan karena Arvin terkadang jika sudah terlalu kesal Arvin akan sulit untuk dibujuk. Belum lagi para abangnya yang lain sibuk membahas sesuatu diruangan pribadi mereka dan sialnya Sean harus mengawasi bocah kelebihan energi sekelas Arvin.

"Keluar yok, jalan-jalan. Ntar terserah lo deh beli apa aja. Gw bayarin" Ucapan Sean membuat Arvin sedikit tertarik.

Sean harus merelakan isi dompetnya untuk membujuk Arvin toh dia bisa meminta lagi pada Galen.

"Janji?" Arvin menyodorkan jari kelingkingnya kebelakang.

"Iya janji" Sean menautkan jari kelingking nya dengan Arvin yang masih membelakangi tubuhnya.

Arvin perlahan membalikkan tubuhnya lalu tersenyum sampai matanya menyipit.

"Hehehe" Kekehnya lucu yang membuat Sean memeluk Arvin erat karena gemas.

"Udah. Ayok berangkat" Ujar Arvin.

Mereka berjalan keluar kelas sembari tangan Sean merangkul bahu Arvin dan Arvin membalas dengan merangkul pinggang Sean karena tinggi badannya hanya sebatas dada Sean. Meskipun umur Sean belum mencapai tujuh belas tahun tapi Sean memiliki tinggi hampir sama dengan para abangnya yang lain.

Dan mereka berdua keluar melupakan pesan Galen yang meminta mereka agar tak meninggalkan area sekolah tanpa pengawalan siapapun.

•••


Dua remaja yang masih memakai seragam sekolah asyik memakan makanan mereka sembari duduk ditrotoar.

"Habis ini makan apa lagi Se?" Tanya Arvin.

Padahal pentol yang dibelinya dari abang keliling langganannya masih ada beberapa tapi sudah menanyakan menu makanan yang kedua.

"Habisin dulu, ntar kita keliling lagi" Balas Sean lalu kembali menyuapkan pentol terakhirnya.

"Lo kalo makan tuh pentolnya masukin kemulut njing, bukan malah kehidung" Seloroh Sean saat melihat sekitar hidung Arvin terdapat noda saus.

Sean dengan telaten membersihkan saus disekitar hidung Arvin, bahkan disekitar mulut juga belepotan saus. Sedangkan sipemilik nama tak merasa terganggu malah sibuk menyuapkan pentol kedalam mulutnya yang tinggal sedikit.

"Nih minum" Ucap Sean dengan menyodorkan sebotol minuman dingin.

Seorang ibu-ibu yang lewat lalu melihat interaksi mereka hampir mengira mereka adalah pasangan ayah dan anak, tapi saat diteliti lagi mereka memakai seragam yang sama. Dan ibu-ibu tersebut tersenyum karena merasa lucu melihat interaksi mereka berdua. Belum lagi perbedaan tubuh mereka yang membuatnya gemas, yang satunya memiliki tubuh kecil dan satunya lagi memiliki tubuh besar juga wajah yang tampan.

GARVIN (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang