Chapter 16

159 26 7
                                    

Lembayung Senja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lembayung Senja

Aku menarik Kaindra begitu kami keluar dari ruangannya. Mengabaikan seruan Anita yang tengah berucap sesuatu.

"Itu tadi kata Anita---"

"Kamu jangan banyak omong. Aku sebal sama kamu," ucapku memotong kata-kata Kaindra dan menariknya masuk kedalam lift begitu pintu terbuka.

Berdiri di sudut lift sembari bersender pada dindingnya, aku menyorot kesal dengan tangan bersedekap pada Kaindra yang sedang melakukan hal sama di depanku. Bibirnya yang berkedut seolah mengejek membuatku ingin mengamuk. Bagaimana bisa dia menyeretku dalam asmara masalalunya. Meski tertutupi oleh punggung tangan dengan kepala yang tertunduk, aku tahu jika Kaindra tidak dapat menahan lagi. Bahu yang berguncang menandakan dia sedang menyemburkan tawa.

"Apa ada yang lucu?" tanyaku mendelik padanya.

Dia berusaha menyetabilkan ekspresi wajahnya, "kamu yang lucu."

Keningku berkerut tidak memahami kata-katanya. Lalu tanpa sadar aku mematut diri pada dinding kaca lift yang memantulkan wajah. Lucu dia bilang? Aku hanya menemukan diriku dengan wajah tertekuk menahan kesal.

Seakan dia mengetahui isi pikiranku, Kaindra berdehem lalu berjalan mendekat. Ketika berdiri tepat di depanku, dia menatap lekat tanpa berkedip. Tangannya terulur memainkan rambut serta menyelipkannya di belakang telingaku.

"Kenapa pengendalian diri kamu hari ini nol besar. Mudah sekali di terobos," katanya berbisik.

Aku menghentikan tangan Kaindra di udara yang akan kembali menyelipkan rambutku. Melirik hingga mata kami beradu pandang.

"Aku berusaha berperan sebagai istri yang kamu inginkan. Tapi kenapa kamu nggak ada kontribusinya sama sekali? Ah, aku tahu... Kamu nggak bisa berpura-pura karena masih mencintai dia bukan?"

Secara tiba-tiba Kaindra memajukan wajahnya dan membuatku tekesiap, aku menunduk untuk menghindari tatapan kami bertemu.

"Kamu cemburu?" bisik Kaindra yang sukses membuat jantungku meledak seketika.

Aku berusaha membasahi tenggorokan yang kering dan mendorong tubuhnya mundur.

"Aku tidak cemburu. Tapi aku akan malu jika hanya aku saja yang terlihat seperti istri yang begitu mencintai suaminya sementara kamu tidak. Lagipula jika kamu memang ingin membalas rasa sakit pada Karin, kenapa harus setengah-setengah. Buat dia menonton hidup kamu yang bahagia. Buat dia tahu jika kamu bisa tanpa dia. Jangan jadi pria lembek yang di depannya cuma bisa bengong."

"Aku memang sakit hati. Tapi hanya sebatas itu. Dendamku, biar aku yang mengurus." Kaindra melangkah mendekat kembali, "jika kamu pikir aku masih mencintainya seperti dulu?" dia mendengus, "kamu salah Senja. Aku hanya bingung memperlakukannya seperti apa. Walau bagaimanapun dia adalah keluarga. Anak angkat Oma."

Our Last SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang