Chapter 37

124 17 8
                                        

Lembayung Senja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lembayung Senja

"Dimana dia?"

Todongku begitu pintu apartemen itu terbuka. Saat mendapat info dari Anita jika Kaindra sudah pulang dari kantor di jam 8 malam. Padahal dia bilang sebelumnya jika ada acara makan malam bersama klien jadi aku terus menunggunya pulang. Beberapa pesanku dia abaikan dan aku memutuskan untuk menelepon saat jarum jam sudah lewat di angka 12 dan dia belum juga pulang. Saat itulah Karin mengangkat panggilanku dan bilang bahwa Kaindra sedang berada di apartemennya.

Aku tidak menunggu apa-apa lagi untuk pergi menjemput suamiku di tengah malam begini. Beralaskan sandal dengan baju tidur yang kututupi dengan outer rajut, aku memanggil taksi online. Meski penampilanku acak-acakan dengan rambut yang tergelung sudah tidak rapi, aku melangkah pergi dengan was-was. Berharap tidak ada hal yang lebih menyakitkan lagi daripada mendapati suamiku berada di apartemen mantan kekasihnya.

"Di kamar." Karin membuka lebar pintu apartemennya, memberikanku ruang untuk masuk.

Aku mengikuti langkah Karin. Menggenggam erat tas dibahu dengan tangan gemetar. Badanku menggigil tapi kukesampingkan semua rasa sakit yang menghujam hingga rasanya kebas. Bersiap untuk suatu pertunjukan utama yang siap menghantam keyakinanku berkali-kali pada Kaindra.

Saat Karin membuka lebar pintu kamarnya, dia berdiri mempersilahkanku untuk masuk begitu saja. Seolah percaya diri bahwa apapun yang ada di dalam sana dia sudah berhasil memenangkannya dariku.

Ada pemandangan yang terasa begitu ironis. Kaindra tengah tidur di atas ranjang Karin bersama Melissa. Tubuh kecil gadis mungil itu berada tepat di lengan Kaindra yang merungkupi. Memberi kenyamanan serta rasa aman sebagai mestinya.

Meski semua saraf tubuh terasa lemas, aku harus tetap berdiri, membangunkan dan membawa pulang suamiku. Dengan satu tarikan nafas aku berjalan, duduk di pinggiran ranjang lalu mengelus pelan kepala Kaindra sembari menunduk berbisik di telinganya agar dia bangun.

Dia menggeliat pelan, bergerak hati-hati dengan mata yang masih terpejam, berusaha untuk tidak membangunkan tubuh mungil disampingnya. Lalu saat perlahan kelopak mata itu terbuka, dia berkali-kali mengerjap seolah tengah melihat sesuatu yang tidak seharusnya. Saat kesadarannya benar-benar telah pulih, Kaindra tergagap.

"S-senja... K-kamu..."

"Kita pulang, yuk!"

Dia meraih tanganku yang hendak berdiri, "aku bisa jelasin."

"Kita pulang dulu."

Dia menatapku dan Karin secara bergantian, "kamu jangan mikir macam-macam. Ini bukan seperti apa yang kamu lihat. Aku cuma nemenin Melissa yang rewel biar mau tidur dan aku ketiduran."

"Iya, aku percaya. Bisa kita pulang sekarang?"

Setelah bangun Kaindra tidak langsung berdiri, dia duduk di tepi ranjang dengan paha yang menopang siku. Sesekali tangannya memijat pelipis mata. Tampak berpikir sejenak lalu mendongak padaku.

Our Last SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang