Chapter 12

132 24 8
                                    

Lembayung Senja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lembayung Senja

Aku melenguh lirih saat sentuhan lembut terasa di pipi. Tidak ingin membuka mata karena rasa kantuk yang masih menyelimuti, sesaat kesadaranku hilang kembali. Merasakan sinar matahari yang menerobos masuk tirai jendela, akhirnya aku membuka mata.

Dengan berjalan sempoyongan aku berjalan menuju kamar mandi. Tepat saat ingin membuka pintu, Kaindra keluar dari sana. Hanya dengan handuk yang dia lilitkan di pinggang. Dan lebih sialnya, tidak seperti semalam menghindari pemandangan yang memicu otak kotor bekerja, aku justru menatap Kaindra dari wajah hingga ujung kaki. Benar-benar sangat lancang.

Satu tangan Kaindra terulur ke atas dengan lengan yang bersender pada bingkai pintu. Sementara tangan kanannya berada di pinggang menatap jahil ke arahku, "apa begitu menyukainya sampai nggak berkedip sama sekali? Bagian mana yang kamu sukai, hm?" dia menunduk hanya untuk menggoda, menyejajarkan wajahnya denganku.

Aku terkesiap dan langsung menyeruak masuk ke dalam kamar mandi lalu menguncinya. Meluruhkan tubuh ke bawah hingga bersender dibalik pintu. Setelah berdiam cukup lama dengan lutut yang tertekuk di depan dada, akhirnya fungsi tubuhku normal kembali. Pikiranku berangsur-angsur jernih. Menanggalkan semua pakaian dan berdiri di bawah shower, aku mulai mandi.

Dasar mesum!

Begitu air mengenai rambut kepala, suara itu terus bergaung di otak. Kemudian adegan Kaindra berdiri sembari tersenyum jahil membuat rasa panas merambat ke wajah. Bergegas menyelesaikan mandiku dan langsung menyambar kaus putih dengan tulisan HELLO BITCH! lalu memakai celana jins pendek. Sejak memutuskan menikah dan hidup dengan Kaindra, aku harus membiasakan diri untuk tidak keluar kamar mandi dengan handuk saja.

Satu notifikasi pesan terdengar, disusul oleh bunyi pesan masuk lainnya saat aku baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang terlilit di kepala.

Aku duduk di tepian ranjang dan membuka rentetan pesan yang masuk di grup chat dengan nama 24 HOURS DRAMA. Oke, that sounds really weird. Sama seperti pencetus ide gila tersebut, Alea. Isi dari grup juga tidak jauh dari keluhan-keluhan kami tentang kehidupan.

Aku bisa menebak apa isi pembicaraan mereka, dan benar saja mereka sedang membicarakanku.

Ale-ale: Bagaimana malam pertama pengantin baru kita?

Kala: Pasti sangat menyakitkan bagi pemula, wkwk..

Ale-ale: Sepertinya dia belum bangun karena begadang semalaman.

Senja: @ale-ale sepertinya ada yang iri..?

Kala: Hahaha, lo menggali lubang kubur sendiri Alea.

Our Last SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang