Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lembayung Senja
Kaindra menurunkan koperku dari bagasi mobilnya.
"Biar aku saja yang bawa," aku meminta satu tas tangan yang ukurannya tidak terlalu besar untuk kubawa. Namun Kaindra tak membiarkanya, pria itu hanya berjalan dengan tas dan koper ditangan lalu menyuruhku mengikuti.
Setelah menikah, aku langsung keluar dari rumah. Rasanya begitu lega saat tahu tidak akan tinggal di neraka itu lagi. Tidak akan bertarung urat dengan Papa, atau bersembunyi di tempat aman dalam rumah agar tidak mendengar berbagai ocehan darinya yang selalu mencari celah kesalahanku.
Meski disertai isak tangis Mbok Rasmi, berulang kali meminta untuk ikut denganku tapi aku yakin Papa tidak akan menyetujui gagasan tersebut. Bagaimanapun Mbok Rasmi sudah menghabiskan seluruh hidupnya untuk melayani keluarga Tama, terutama Papa. Aku tidak ingin membuat hari terakhirku disana menjadi medan perang.
Pintu lift terbuka, aku berjalan beriringan dengan Kaindra menuju unit miliknya.
"Jadi kamu tinggal disini sendirian? Wah, memang sih jarak ke kantor kamu cuma kurang lebih setengah jam doang," aku masih berjalan dengan celingak-celinguk sedari tadi. Mengagumi interior yang dipakai mulai dari pemilihan motif keramik dan dinding yang di desain berbeda pada setiap lantainya. Aku tidak sabar untuk berkeliling setelah mendengarkan dongeng dari Kaindra tentang betapa wah apartemen ini.
"Nggak, aku kesini kalau lagi bosan saja. Setiap hari aku pulang ke Kemang," aku berhenti, menatap punggung Kaindra yang mendahului. Pria itu menoleh ke belakang saat mengetahui aku tertinggal. "Kenapa?" tanyanya.
"Bukankah itu memakan waktu lebih dari satu jam kalau ke Kemang? Kenapa nggak milih tinggal disini saja?"
Kaindra tersenyum kecut, "aku pasti akan kesepian jika tinggal disini sendiri." Dia berhenti tepat di sebuah pintu unit apartemen lalu membukanya, "paswordnya 270816." Kaindra menahan setengah pintu terbuka hingga aku masuk.
Aku terperangah menatap isi ruangan, "oke, sekarang aku tahu mengapa lantai ini cuma di isi lima unit pintu apartemen."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.