Chapter 28

194 19 4
                                        

Kaindra Batara

Gue bergegas keluar untuk mencari air. Baru kali ini kepanikan menyerang hingga merasa kebingungan. Gue selalu berpikir rasional dalam menghadapi masalah-masalah dalam hidup. Tapi kali ini melihat seseorang tengah kesakitan dengan wajahnya yang memucat, benar-benar membuat gue buntu. Kalau tidak karena seruan Mami yang meminta gue untuk membawa Senja keluar dari acara, mungkin gue masih sibuk bertanya padanya apa dia baik-baik saja? Apanya yang sakit? Tapi keadaan masih sangat membingungkan ketika wanita itu masih kekeh bilang bahwa dia baik-baik saja dan tidak ingin di antarkan ke dokter. Untuk saat ini, gue hanya akan membiarkannya tenang dahulu. Setelah dia sedikit tenang, gue akan memberondong banyak pertanyaan. Tentang apa yang dia rasakan. Bagian mana yang di rasa sakit. Dan hal-hal lain yang saat ini gue coba tekan agar membuatnya tidak merasa cemas.

Saat berjalan hendak mencari air, langkah gue terhenti begitu melihat Karin dengan seorang pria di ujung koridor. Berusaha mengabaikannya, gue  kembali berjalan. Namun sesuatu hal terjadi, tubuh Karin di dorong ke dinding oleh pria itu. Tidak selesai disana, mereka berdua tampak berdebat. Tangan pria itu menunjuk-nunjuk wajah Karin. Gue tahu seharusnya tidak lagi ikut campur dalam urusan ini, tapi walau bagaimanapun Karin adalah bagian dari keluarga Batara. Senja pasti akan memaklumi hal ini. Nanti ketika kembali, gue akan menceritakannya kepada Senja, bahwa tidak sengaja melihat Karin. Konyol memang, setelah kebohongan kecil yang tempo hari gue lakukan, ketakutan rasanya semakin membesar jika Senja merasa salah paham.

"Ada apa, Rin?"

Karin tersentak. Wajahnya terkejut mendapati gue sudah berjalan mendekat ke arah mereka. Sementara pria itu menatap gue dengan penuh permusuhan padahal ini pertama kalinya kita bertemu. Dia berbisik pada Karin sebelum gue benar-benar sampai di tempat mereka. Lalu pria itu pergi begitu saja.

"Kamu baik-baik saja?" pertanyaan yang terlontar pertama kali di kepala, mengingat tadi Karin sedikit mendapat dorongan.

"Aku baik-baik saja, Kai."

"Siapa dia?" tanyaku menoleh ke arah dimana pria barusan menghilang.

"Ah," Karin mengusap tengkuk lehernya, dia terlihat berpikir. "Kenalanku saat kuliah."

Gue mengernyit. Setahu gue dia tidak mempunyai teman yang seperti itu. Tentu saja itu hanya berputar di kepala, karena gue berusaha untuk tidak mengganggu urusannya. Jika di lihat dari penampilan, pria itu cocok sekali seperti apa yang Anita deskripsikan tempo hari. Mungkinkah benar-benar dia yang mengunjungi Karin di perusahaan?

"Oh iya, bagaimana keadaan Senja? Dia baik-baik saja?"

"Dia sepertinya sedikit kecapekan. Aku kesini mau cari minum buat dia terus ketemu kamu." Gue tidak mungkin bilang bahwa melihatnya di dorong. Terlihat sekali bagaimana Karin menutupi sesuatu karena sejak tadi matanya selalu menghindar.

"Kalau gitu aku duluan, takut Oma sama Melissa nyariin."

"Titip salam buat Lisa, ya! Aku belum sempat ngajakin dia maen lagi."

Karin mengangguk sambil tersenyum tipis lalu pergi. Gue menatap punggungnya dari belakang. Meski sudah tidak punya hubungan apa-apa, gue sedikit merasa khawatir. Bagaimana cara pria tadi memperlakukan Karin terasa janggal di mata gue.

Gue memutuskan untuk mengenyahkan pikiran-pikiran lain dan berfokus pada Senja. Setelah mendapatkan sebotol air mineral, gue bergegas kembali.

Saat hendak memasuki ruangan, sebuah teriakan menggema dari dalam membuat gue tidak sadar, bukan lagi memutar handle pintu melainkan dengan sedikit mendobraknya karena ketidaksabaran. Mendapati beberapa barang tengah berserakan, jantung gue terasa mencetus dengan mata berlarian mencari Senja yang ternyata sedang meringkuk di pojok ruangan. Dia jauh dari kata baik-baik saja karena.... Entahlah gue tidak dapat mendeskripsikan keadaannya saat ini karena pikiran gue langsung berubah menjadi penuh. Yang gue lakukan langsung berlutut di depannya, memanggil-manggil namanya, namun dia terlihat histeris dengan berteriak sebelum tubuhnya terjatuh.

Our Last SunsetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang