Setelah pemeriksaan Boruto dianggap sebagai rahasia tertinggi, Hokage menyesuaikan protokol yang tepat. Seorang Anbu yang ahli Genjutsu diperintahkan untuk menghipnotis pria botak penjual tusuk sate agar dia melupakan kejadian yang menimpa Boruto. Beberapa saksi mata yang secara tidak sengaja mengamati waktu itu juga dihipnotis.
Kemudian, Divisi Penelitian Ilmiah ditugaskan untuk membuat suatu aksesoris penutup mata yang tidak akan mengganggu aktivitas normal pemakai. Tentu saja, mereka hanya menerima perintah tanpa tahu detail yang terjadi.
Tiga hari berlalu begitu saja. Selama hari-hari ini, Boruto hanya beristirahat di rumah. Ibunya tak mengizinkan dia bermain sebelum benar-benar yakin akan kesehatannya. Boruto yang bosan pun hanya bisa mengisi kesibukkan dengan bermain game konsolnya. Untungnya, Boruto tidak merasa depresi. Ayahnya berjanji untuk meluangkan waktu mengajarinya Kagebunshin besok.
Hari ini, Boruto memiliki agenda sebelum bertemu ayahnya. Dia ingin mencari seseorang yang mungkin masih berada di desa. Untuk mencari seseorang, warga biasa akan menghubungi Divisi Pendataan dan Administrasi. Hanya saja, Boruto tahu ada divisi lain yang memiliki sumber daya intelijen melimpah. Mencari seseorang hanya masalah membalikkan tangan saja bagi divisi ini.
Boruto berjalan ke kawasan dengan penjagaan ketat. Dari semua divisi yang ada di Konoha, divisi ini adalah salah satu yang memiliki tingkat keamanan tertinggi. Apalagi jika bukan Divisi Anbu.
Sebelum masa damai, tugas utama Anbu adalah membunuh musuh atau buronan tingkat tinggi yang tidak bisa ditangani Jounin normal. Setelah masa damai, kebutuhan akan pembunuhan sangat berkurang, sehingga Anbu mulai dialih fungsikan sebagai agen pengumpul informasi serta agen pengamanan aset-aset penting desa.
Boruto berjalan penuh percaya diri. Ini bukan pertama kalinya dia mengunjungi markas Anbu. Ada seorang kenalan yang pasti memiliki otoritas tinggi di sini.
Sebelum mendekati pintu masuk, Boruto merasa familiar dengan salah satu penjaga yang kebetulan baru dikenalnya akhir-akhir ini. Dia segera tersenyum lebar dan membungkuk hormat.
"Apakah ini Paman Singa Matahari?" Tanya Boruto menyelidik. Walau topeng seorang Anbu umumnya berbeda satu sama lain, tapi dia masih perlu mendapat penegasan.
"Oh, Tuan Muda Boruto? Saya memang Singa Matahari. Kebetulan sekali kita bertemu lagi dalam waktu dekat. Apakah ada yang bisa saya bantu?" Balas Singa Matahari penuh keramahan. Sangat jarang seorang Anbu bertindak ramah pada lawan bicara. Kebanyakan dari mereka bahkan bersuara datar dan tanpa ekspresi. Bagaimanapun, selain identitas Boruto sebagai anak Hokage, kesan Singa Matahari padanya sebagai seorang individu juga baik. Tak heran dia beramah-tamah untuk menghidupkan suasana.
"Maafkan si kecil karena datang tanpa pemberitahuan sebelumnya. Si kecil memiliki beberapa kebutuhan akan informasi dan ingin mengunjungi Paman Sai."
"Mengunjungi Kepala? Biasanya Kepala selalu sibuk di kantor. Namun karena Tuan Muda Boruto bertanya, saya akan menyampaikan kedatangan Anda. Mohon tunggu sebentar." Jelas Singa Matahari.
Setelah berdiri sebentar di depan pintu, Boruto merasa canggung dan kemudian melihat salah satu penjaga yang sebelumnya tidak berbicara. Penjaga ini bertubuh lebih ramping dari rata-rata Anbu. Karena dia juga terus mengawasi Boruto secara diam-diam, Boruto merasa tidak tahan dan berkata.
"Paman, apakah ada yang salah di wajahku?" Tanya Boruto bingung.
Mendengar bocah kuning memulai percakapan, penjaga itu membalas dengan suara feminim. "Tidak!"
"Oh, maafkan si kecil. Ternyata ini Bibi. Aku harap Bibi tidak memasukkan ke dalam hati." Terang Boruto.
"Aku bukan Bibimu." Jawab gadis Anbu singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
BORUTO: Jalan Baru ke Era Kultivasi
FantasyYang berbeda dari cerita aslinya: 1. Boruto terkesan lebih dewasa dan tidak menjengkelkan. 2. Karakter lawas tidak di-nerf, malah tambah kuat. 3. Alur cerita fresh, sehingga akan lebih banyak perbedaan dari alur aslinya. 4. Banyak karakter buatan sa...