Naruto berdiri dan mendekati putranya. "Ayo kita ke darat dulu."
Mereka pun menuju tepi sungai dan menginjak tanah.
Ketika mereka sudah tiba, Naruto merogoh saku jubahnya. Ia mengeluarkan sebuah aksesoris penutup mata.
"Boruto, pakai ini. Ayah sengaja memerintahkan Divisi Penelitian Ilmiah membuatkannya untukmu."
Boruto menerima penutup mata itu. Bagian luar penutup mata terbuat dari kulit hitam. Sedangkan, bagian dalamnya adalah sutra lembut.
Penutup mata ini hanya untuk mata kanannya saja. Desainnya hampir mirip dengan ikat kepala shinobi, tetapi lebih berkelas.
Boruto segera mengikatkan penutup mata ini melingkari kepalanya. Yang mengejutkan, ukurannnya sangat pas dan dia merasa nyaman memakainya.
Saat penutup mata ini ditekuk ke atas, bahannya akan menjadi kaku sehingga Boruto bisa terus melihat tanpa harus selalu memegangnya.
Tidak sia-sia uang digelontorkan pada Divisi Penelitian Ilmiah, mereka cukup mampu membuat barang dengan nilai estetika dan fungsional yang seimbang.
Hanya saja, Boruto tahu bahwa matanya spesial. Para orang Divisi Penelitian Ilmiah itu pasti tidak tahu bahwa mata Boruto akan tetap bisa melihat proyeksi masa depannya bahkan jika ditutup sekalipun.
Kemungkinan, dia hampir tidak perlu mengangkat penutup mata itu jika di masa depan kemampuan matanya digunakan.
Boruto melihat proyeksi dirinya di air sungai yang jernih. "Tidak buruk. Setidaknya cocok untuk gaya anak muda sepertiku."
Naruto tersenyum melihat Boruto menyukai barang itu. "Boruto, jika di masa depan ada orang yang bertanya tentang alasanmu menutup mata, bilang saja kau mengikuti gaya Hokage-6."
"Tetapi desain penutup mata ini tidak mirip dengan Kakek Kakashi. Ini lebih mirip desain penutup mata Bibi Hanabi." Boruto agak tidak setuju.
Naruto menegaskan, "Boruto, bibimu Hanabi adalah gadis rumahan. Tidak banyak orang pernah melihatnya. Akan lebih baik menggunakan Hokage ke-6 sebagai tameng. Lagi pula, dia adalah guru ayahmu. Dia juga akan setuju untuk melindungi informasimu dengan cara ini."
"Apa Kakek Kakashi sudah mengetahui keadaanku?"
"Untuk saat ini, ayah belum memberitahunya. Lagi pula, kita belum tahu apa yang sebenarnya
terjadi. Membuat orang lain yang tidak terlibat ikut campur akan merepotkan."Boruto, jika di masa depan kamu menemukan sesuatu sendiri, jangan ragu untuk bertanya kepada ayah. Bagaimanapun, ayah punya lebih banyak pengalaman hidup darimu. Percayalah, saat suatu masalah mulai menemui titik terang, tidak akan ada rasa khawatir." Naruto berkata.
"Ayah melihat emosiku lagi? Hum ..." Boruto mendengus dingin pada ayahnya.
"Aku ayahmu. Apa salahnya memperhatikan kesehatan mental anak sendiri?"
"Aku tidak butuh bantuan ayah. Jika bukan karena kompensasi, aku bahkan tidak akan meminta ayah mengajariku Kagebunshin. Lebih baik aku belajar mandiri." Boruto menyatakan pendiriannya.
Lain di kata, lain di hati. Sekalipun Boruto berkata dengan tidak senang, hatinya sedikit tersenyum pada keadaan ini. Jarang sekali dia bisa sedekat ini dengan ayah baunya sejak ia menjabat sebagai Hokage.
Tentu saja, Naruto bisa merasakan perbedaan emosi itu. Namun, dia tak mengekspos anaknya.
"Baiklah. Kalau begitu mari kita mulai pelatihannya." Naruto berkata tegas.
"En."
Boruto mengubah ekspresi wajahnya menjadi lebih serius. Ia dengan seksama ingin mendengarkan.
"Boruto, coba kamu buat bunshin normal yang diajarkan di akademi." Naruto memerintah.
KAMU SEDANG MEMBACA
BORUTO: Jalan Baru ke Era Kultivasi
FantasyYang berbeda dari cerita aslinya: 1. Boruto terkesan lebih dewasa dan tidak menjengkelkan. 2. Karakter lawas tidak di-nerf, malah tambah kuat. 3. Alur cerita fresh, sehingga akan lebih banyak perbedaan dari alur aslinya. 4. Banyak karakter buatan sa...