Chapter 25: Semangat Api
Naruto sedikit canggung mendengar balasan putranya. Dia berdehem dan berkata, "Baiklah, karena kamu baru saja kembali, bagaimana jika mengambil istirahat untuk hari ini?"
Boruto tahu maksud ayahnya. Dia harus memastikan tubuhnya optimal untuk pemeriksaan. Namun, dia tidak tahu apakah Shikamaru yang saat ini berada di ruang Hokage sama-sama mengerti makna ayahnya.
Walaupun Shikamaru adalah tangan kanan Hokage, Boruto tidak akan seceroboh itu untuk mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan nasibnya sendiri. Ini akan berbeda jika sedari awal ayahnya sudah membocorkan beberapa hal.
"Tentu aku akan beristirahat dengan baik. Ayah … apakah masalah itu …"
Boruto mengedipkan mata untuk memberi isyarat.
Naruto yang mengerti sedikit menggelengkan kepala. "Masalah itu biar ayah yang tangani. Kamu cukup bersantai tanpa melakukan apapun."
"Sepertinya aku tidak diharapkan di sini …" Shikamaru berbicara.
Walau duo ayah-anak ini bersikap hati-hati, sebagai orang yang pandai mengamati situasi, Shikamaru sedikit menangkap satu atau dua hal.
"Ahem … kamu tidak perlu khawatir, Shikamaru. Ini hanya masalah kecil pada latihan Boruto." Naruto buru-buru menjelaskan.
"Tenang saja. Saya hanya akan keluar dan berpura-pura tidak melihat apapun. Permisi." Shikamaru yang tanggap segera menuju pintu keluar.
"..."
"..."
Sebelum pintu ditutup kembali, Shikamaru menoleh dan berbicara, "Oh iya, Boruto. Sejak kamu sepertinya bertambah kuat, mengapa tidak membantu paman menghajar Shikadai. Beri dia sedikit rasa ketertinggalan. Paman akan sangat berterimakasih padamu jika kamu bersedia melakukan itu."
Boruto sedikit terpana dengan permintaan absurd itu, tetapi ia masih mengangguk. "Paman, serahkan padaku! Aku akan memastikan paman tidak bisa mengenalinya ketika dia pulang."
Shikamaru tersentak dan hampir terjatuh. "Ahem … tidak perlu sekeras itu. Hanya pastikan saja kamu menghancurkan harga dirinya. Ngomong-ngomong fesyen yang bagus."
"Terima kasih, paman. Serahkan padaku!" Boruto menepuk dada penuh senyuman. Ia menyukai pujian Shikamaru atas gaya barunya yang mengenakan penutup mata.
Setelah memastikan Shikamaru pergi, Boruto bertanya, "Ayah tidak memberi tahu Paman Shikamaru? Kupikir ayah sangat mempercayainya."
Naruto menjawab, "Kepercayaan bukan alasan untuk bertindak tidak berhati-hati. Nak, semakin kamu dewasa, kamu akan tahu bahwa hati manusia itu sangat kompleks."
Boruto terkejut. "Maksud ayah … ada kemungkinan Paman Shikamaru mengkhianati ayah?"
Naruto tersenyum hangat. "Ayah sangat percaya padanya, bukan hanya dia, ayah juga percaya pada teman-teman ayah yang lain. Namun Nak, jangan membuat rasa kepercayaan ini membuat kita tidak waspada. Hati manusia itu rapuh. Jika situasi dan kondisinya tepat, yang baik bisa menjadi jahat begitu pula sebaliknya."
Boruto mengerutkan kening. "Kalau begitu, ayah juga tidak terkecuali?"
Naruto menghela napas. "Hah … benar. Ayahmu juga rapuh. Maka dari itu yang perlu kita tingkatkan bukan hanya kekuatan, tetapi tekad. Tekad untuk tidak menyerah dalam situasi putus asa."
"Desa Konoha kita memiliki istilah 'semangat api'. Selama ada hal penting yang kita perjuangkan di desa ini, maka semangat api akan terus berkobar melindungi desa. Semangat api itu sendiri adalah tekad kita semua untuk melindungi desa dan generasi masa depannya. Sebagai shinobi Konoha, kita harus memastikan semangat api berada dalam diri kita."
Boruto diam tak menjawab. Dia mencibir istilah semangat api ini dalam hati. Apanya melindungi desa bersama? Apakah orang-orang lemah tanpa kekuatan itu melindungi desa? Yang ada, shinobi-shinobi kuat sepanjang sejarah berkorban demi orang-orang lemah yang bahkan tidak berani keras terhadap diri mereka sendiri.
Sebenarnya di desa Shinobi orang normal murni sangat jarang. Kebanyakan orang tidak menjadi Shinobi karena mereka tidak sanggup menghadapi latihan yang keras. Memang bakat chakra mereka rendah, tetapi jika mereka mau bekerja lebih keras dari pada para jenius, bukan tidak mungkin untuk mencapai level yang sama.
Untuk membuat lebih banyak shinobi terlahir, dibuatlah doktrin semangat api ini. Tujuan utamanya adalah membangkitkan tekad orang-orang yang tidak mau bekerja keras itu agar terpacu semangatnya untuk tetap menjadi Shinobi.
Secara umum, doktrin ini memang berhasil karena perputaran generasi ke generasi dari shinobi Konoha cenderung lebih banyak dari desa shinobi lainnya.
Namun, Boruto merasa doktrin ini terlalu kabur. Tak ada manfaat praktis yang bisa didapatkan selain omong kosong tentang tekad, perjuangan, dan masa depan.
Apalagi, sebagai jenius, bahkan jika dia tidak bekerja keras, dia yakin masih bisa menjadi shinobi kuat walaupun mungkin sulit mencapai level ayahnya.
Maka dari itu sebagai jenius, dia masih memacu dirinya melebihi orang lain demi mencapai tujuannya sendiri.
Perbedaan besar antara dirinya dan orang-orang lemah itu sebenarnya ada pada tujuan yang ingin mereka capai.
Orang-orang lemah itu tidak akan berani bertujuan menjadi Hokage. Mereka akan puas cukup menjadi genin dengan beberapa keterampilan jutsu dasar.
Namun, bagi Boruto, hokage hanyalah pion daimyo. Melepaskan kendali daimyo atas shinobi adalah salah satu tujuan masa depan Boruto. Tentu saja, tujuan ini hanya bisa dicapai ketika kekuatannya sudah berada pada level ayahnya atau lebih.
Melihat putranya terdiam, Naruto pikir dia sedang merenungkan perkataannya. Kemudian, Naruto teringat sesuatu dan bertanya. "Ahem … ada hal yang ingin ayah tanyakan. Mengapa kamu bertanya tentang gadis Kasuga itu ke Sai?"
Boruto tersentak dan menjawab. "I-itu, aku hanya ingin membalas budi. Dulu aku pernah terluka saat bermain dan dia mengantarku pulang."
"Oh, adakah hal seperti itu? Kalau begitu ayah sendiri yang seharusnya berterima kasih padanya."
"Ah … tidak, ayah! Aku yang akan melakukannya sendiri. Jangan buat ini menjadi canggung baginya. Bagaimanapun ayah adalah seorang Hokage, dia pasti akan sulit menghadapi rasa terima kasihmu."
"Kamu membuatnya terdengar seperti ayahmu akan merepotkannya. Bagaimanapun, ayah adalah orang tuamu sebelum jabatan Hokage. Sudah sepantasnya orang tua berterima kasih jika ada yang membantu anaknya, kan?"
Boruto memasang wajah panik. Jika ayahnya berkunjung untuk membalas budi, semua cerita karangannya akan terekspos. Dan dia akan sulit menjelaskan tentang alasan dia berbohong.
'Paman Sai, ini semua gara-gara kamu!'
"Ayah, biar aku saja. Bagaimanapun aku sudah besar. Bagaimana bisa aku merepotkanmu untuk masalah kecil ini."
Melihat Boruto yang bersikeras menolak, walau terasa sedikit aneh, Naruto pun menerimanya. "Baiklah, pastikan kamu membantunya jika dia terlibat masalah."
Boruto menghela napas lega. "Tentu saja. Tidak perlu dikatakan."
Naruto sebenarnya ingin melanjutkan bertanya tentang 'tudung hitam', tetapi ia mengurungkan niatnya. Bagaimanapun masalah Anbu Root adalah informasi strategis yang tidak cocok dibicarakan dengan anak kecil. Dia lebih percaya bahwa Boruto hanya membaca buku secara acak di akademi dengan informasi yang tidak seberapa.
Setidaknya pembahasan Anbu Root adalah informasi di tingkat Jounin, jadi Boruto seharusnya tidak tahu banyak.
"Baiklah, kamu segera pulang dan beristirahat. Besok adalah jadwal pemeriksaanmu di siang hari. Oh iya, ibumu sepertinya terlalu khawatir atas kondisimu, sebaiknya kamu memberinya beberapa kata untuk membuatnya tenang. Lagi pula, sudah setengah bulan sejak kalian tidak bertemu."
KAMU SEDANG MEMBACA
BORUTO: Jalan Baru ke Era Kultivasi
FantasyYang berbeda dari cerita aslinya: 1. Boruto terkesan lebih dewasa dan tidak menjengkelkan. 2. Karakter lawas tidak di-nerf, malah tambah kuat. 3. Alur cerita fresh, sehingga akan lebih banyak perbedaan dari alur aslinya. 4. Banyak karakter buatan sa...