Bab 3: Bisikkan Iblis

285 40 0
                                    

"Boruto, biar ibu saja yang membereskan." Kata Hinata yang masih merasa bertanggung jawab atas kejadian makan malam ini.

Boruto masih sibuk mengelap meja dari ceceran makanan akibat keributan sebelumnya.

"Tidak, bu. Aku saja. Lagi pula aku yang membuat keributan."

"Tapi ...," Hinata masih tidak enak.

"Ini bukan salah ibu. Ini salahku dan Ayah. Ibu tidak perlu khawatir." Tegas Boruto.

"Boruto ... Ibu ..." Hinata masih berjuang seolah ingin mengatakan sesuatu yang penting.

"Aku tahu apa yang Ibu pikirkan. Ibu juga menyadarinya kan, bahwa Ayah yang pulang hanya bunshin? Tapi Ibu masih mengikuti permainan Ayah seolah tidak terjadi apa-apa."

"Sungguh, walau aku kesal, itu bukan salah Ibu tapi Ayah." Boruto kembali menegaskan.

Hinata bagaimanapun adalah garis langsung klan Hyuga. Matanya sangat sensitif terhadap perubahan chakra. Walau dia tidak menggunakan Mata Byakugan secara aktif tadi, tapi instingnya sebagai wanita serta penglihatan tajam sebagai Shinobi tingkat Jounin Elit sudah cukup untuk mengetahui apakah suaminya pulang dengan tubuh asli atau bunshin. Walau begitu, ia tak mengekspos suaminya karena tahu pikirannya.

Jika itu bukan suaminya sendiri, mungkin dia perlu menggunakan Mata Byakugan secara aktif untuk memastikan tebakkannya. Tentu saja, premisnya adalah sosok lawan setara atau di atas levelnya. Jika itu hanya Chunin atau Genin, tanpa kemampuan aktif Byakugan, pengalamannya sebagai orang yang telah selamat dari Perang Shinobi ke 4 cukup untuk melihat cacat pada bunshin level rendah.

Hinata memeluk Boruto dari belakang. "Boruto, terimakasih sudah pengertian kepada Ibumu. Tapi Ibu harap kamu tidak membenci Ayahmu. Bagaimanapun, dia memikul tanggung jawab seluruh desa."

Boruto menghentikan tindakannya saat dipeluk Hinata. Kemudian dia berkata, "Bu, ada satu hal yang tak aku mengerti. Ayah adalah orang terkuat di desa ini. Mengapa dia harus repot-repot membantu hal-hal remeh dari warga biasa. Setiap hari bunshin ayah berkeliaran untuk mendengarkan keluhan orang-orang desa. Sementara tubuh aslinya bekerja di kantor Hokage."

"Aku tidak mengerti mengapa Ayah harus melakukan banyak hal sendirian. Jika itu aku, aku akan menyuruh orang lain untuk menyelesaikan masalah yang tidak penting itu dan pulang ke rumah untuk bersantai dengan keluarga."

Hinata yang mendengar keluh kesah anaknya sedikit terkejut. Kemudian dia berusaha menjelaskan, "Boruto, kamu tahu, setiap Hokage mempunyai gaya kepemimpinannya sendiri. Ayahmu merasa kalau dia terjun langsung ke dalam masyarakat, segala permasalahan bisa lebih cepat diselesaikan."

"Huh, dia sangat peduli pada orang lain tapi tidak pada keluarganya." Sindir Boruto.

Bagi Boruto, tindakan Ayahnya sangat konyol. Jika dia ada di posisi tinggi, dia akan menyuruh orang lain untuk menyelesaikan masalah sepele. Tugasnya hanya mengawasi para bawahannya agar bekerja dengan baik. Dia hanya akan terjun langsung jika ada masalah yang tidak bisa diselesaikan bawahannya.

Tidak heran para Daimyo itu berkuasa walau tanpa kemampuan nyata. Mereka lebih pandai dalam menggunakan sumber daya manusia dari pada para Kage yang hanya berpikiran mengembangkan desa kecil mereka dan bersaing di antara mereka sendiri.

"Boruto, Ayahmu tidak seperti yang kamu kira. Dia sejak kecil hidup sendiri. Ayahmu menganggap orang desa seperti keluarga. Banyak dari mereka membantu ayahmu di masa remajanya." Jelas Hinata.

Boruto menyipitkan mata tidak setuju. Walau dia tidak tahu detail perjalanan hidup ayahnya, tapi dia tahu satu hal. Ayahnya memiliki identitas lain yang disebut Jinchuriki.

BORUTO: Jalan Baru ke Era KultivasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang