Chapter 32: Rahasia Pria Tambun

63 15 5
                                    

Chapter 32: Rahasia Pria Tambun

Konoha, Hutan Kematian.

Daun-daun kecoklatan berserakan di sekeliling Hutan Kematian. Artinya, musim gugur sudah mendekati akhir dan musim dingin akan segera tiba.

Pepohonan yang kehilangan mahkotanya tampak mengerikan seperti monster yang melambai-lambai dari kejauhan. Apalagi, matahari sore membuat suasana terang yang tidak nyaman. Itu tidak hangat, malah agak dingin.

Di hutan ini, tidak sembarang orang bisa masuk. Alasannya karena banyak jebakan pembunuhan yang dipasang serta banyak hewan buas yang sengaja dibiakkan.

Hewan buas di sini bukan sembarang binatang. Umumnya, mereka memiliki kecerdasan tertentu dan cocok dijadikan Hewan Panggilan Kuchiyose.

Tentu saja, keberhasilan berkontrak dengan hewan tergantung keterampilan dan keberuntungan masing-masing shinobi. Jika ternyata mereka sial, bukan hanya tak bisa berkontrak dengan hewan manapun, tetapi risiko menjadi santapan mereka juga besar.

Untungnya, yang bisa memasuki Hutan Kematian ini hanyalah shinobi dengan level chunin ke atas. Walau masih ada kasus kematian, frekuensinya tidak terlalu mencengangkan.

Tentu saja, pengamanan di sini adalah tanggung jawab pribadi. Konoha sengaja melakukannya demi membuat shinobi mereka berlatih keras di situasi krisis hidup dan mati.

Hanya saja, jika ada kabar di mana binatang buas menjadi terlalu kuat dan bahkan mengancam para Jounin Elit, biasanya akan ada pembersihan dari Anbu.

Namun, binatang kuat seperti itu akan diberi kesempatan terakhir. Jika ia memilih tunduk dan membuat kontrak dengan shinobi Konoha, maka nyawanya akan diampuni. Jika sebaliknya, besok pagi akan ada pesta barbekyu yang lezat.

Seekor babi hutan raksasa setinggi 3 meter menatap penuh permusuhan ke arah pria tambun. Hidungnya mengeluarkan banyak asap menandakan kemarahan yang menggebu-gebu. Kaki babi hutan itu menggesek tanah dengan kuat, seolah akan siap menerjang pria tambun di depannya kapan saja.

Walau pria paruh baya ini tambun dan besar jika diukur dari perspektif manusia, tetapi dibandingkan babi hutan raksasa, ia seperti bayi di depannya.

Pria tambun berkata, "Kamu marah karena aku ingin mengambil bunga ini?"

Sebuah jawaban marah dari bahasa babi terdengar, "Oink! Oink!"

Pria tambun tersenyum hangat. Ia tak takut dengan kemarahan babi raksasa ini. Justru, ia merasa lapar melihatnya.

"Hah … hari ini istriku memasak banyak makanan di rumah. Dia pasti akan marah kalau aku makan di luar."

Pria tambun bernada sangat menyesal.

Babi raksasa tak mengerti apa yang pria tambun katakan, tetapi dia adalah hewan dengan tingkat kecerdasan tertentu. Dia merasa bahwa pria manusia ini meremehkannya dan menganggap seolah ia adalah daging siap saji.

Sontak, kemarahan babi semakin menjadi-jadi. Wajahnya semakin panas dan gesekkan kakinya semakin brutal. Dia mengambil ancang-ancang untuk menyerang.

'Manusia gendut tercela ini berani mengingini bunga indah yang telah Tuan Babi rawat baik-baik. Sebentar lagi, bunga ini akan mekar dan insting Tuan Babi mengatakan bunga ini akan menjadi makanan yang sangat baik.'

Setelah selesai bernarasi, babi raksasa segera menerjang pria tambun dengan kecepatan penuh.

"Oooiiiinnnnk!!"

Pria tambun masih menyesal di dalam hatinya. Ia harus merelakan babi panggang demi memenuhi harapan istrinya tercinta.

Ketika jarak mereka hanya beberapa meter lagi, lengan pria tambun memanjang dan membesar ke arah babi. Kemudian, jemarinya membentuk postur menyentil ringan.

BORUTO: Jalan Baru ke Era KultivasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang