Chapter 26: Hawa Dingin

90 19 2
                                    

Chapter 26: Hawa Dingin

Hari ini di Konoha semilir angin dingin mulai berhembus. Hal ini menandakan sebentar lagi musim dingin akan tiba. Banyak keluarga tengah sibuk mempersiapkan segala kebutuhan untuk beberapa bulan ke depan.

Toko-toko pakaian dan makanan ramai dikunjungi. Bahkan beberapa toko terlihat memasang plakat 'stok habis' di depan pintu masuknya. Sungguh pemandangan yang jarang ditemui pada hari-hari biasa.

Boruto merasakan hawa dingin melewati tubuhnya, tapi ia tak bergeming. Ia justru menarik napas panjang ingin merasakan udara desa ini. Pelatihan kemarin adalah pertama kalinya bagi Boruto untuk meninggalkan desa dalam waktu cukup lama.

Desa yang awalnya membuat dadanya sesak, kini menjadi penghangat kerinduan.

Setelah beberapa saat menyusuri jalanan yang ramai, tibalah Boruto di rumahnya. Rumah yang tak ia lihat setengah bulan terakhir ini.

Boruto menarik napas dalam-dalam sebelum membuka pintu. "Ibu ... Hima ... aku pulang!"

Hening.

Tak disangka kedatangannya tak menerima sambutan apapun.

Boruto menggaruk-garuk kepalanya dan perlahan-lahan masuk. Ia ingin menyelidiki apa yang dilakukan keluarganya.

Ketika sampai di ruang keluarga, Boruto melihat televisi menyala dengan suara keras. Di depannya ada Himawari yang tengah menonton acara Ninjaman. Itu adalah tipikal acara pahlawan super yang bisa berubah untuk melawan penjahat.

Pantas saja Himawari tidak menjawab, ia terhipnotis oleh Ninjaman. Boruto juga cukup suka acara ini. Aksi Ninjaman ketika bertarung dengan penjahat memang memukau karena gerakan akrobatnya dibuat secara alami. Aktor yang memerankan Ninjaman adalah mantan Shinobi yang berpindah haluan karir. Walau tingkat terakhirnya hanya setara genin, kemampuan itu sudah cukup untuk membuatnya bertingkah keren dalam layar kaca.

Merasa tidak ingin mengganggu adiknya, Boruto mencoba mencari Hinata. Pertama dia mengetuk kamar ibunya, tetapi tak ada tanggapan. Kemudian karena tak terkunci Boruto mencoba masuk dan ternyata memang kosong.

Merasa aneh, Boruto hendak bertanya kepada Himawari, tetapi kemudian ia mendengar teriakan samar dari lantai atas. Itu adalah suara ibunya.

Boruto panik dan buru-buru menaiki tangga. Ia melihat pintu kamar tamu yang biasanya tertutup sedikit terbuka. Tanpa pikir panjang Boruto mendorong pintu dengan kasar dan berteriak, "Ibu! Kamu baik-baik saja?!"

"Eh ...?!"

Sebuah adegan canggung ditampilkan. Ibunya menjadi dua. Tidak, lebih tepatnya ibunya membuat klon dan klon itu terlihat agak tidak pantas.

Pakaian klon hanya menggunakan dalaman tipis dengan banyak kulit terekspos. Terlebih lagi, klon terengah-engah seolah telah melakukan sesuatu yang melelahkan staminanya. Selain itu, tubuh asli ibunya berada di atas klon dengan postur yang mendominasi.

Boruto yang canggung buru-buru keluar dan menutup pintu. "Ibu, maafkan aku! Aku tidak melihat apapun!"

Boruto buru-buru turun ke lantai bawah dan diam-diam mengutuk ayahnya. 'Ayah bau! Apa kamu tidak lihat ibu merasa kesepian sampai melakukan itu dengan klon!'

Lima belas menit kemudian.

Hinata, Himawari, dan Boruto duduk di ruang keluarga. Sebuah meja tatami memisahkan mereka bertiga. Karena hampir musim dingin, meja tatami sudah dilengkapi selimut untuk menghangatkan kaki.

Alih-alih terjadi pertemuan keluarga yang hangat, nuansa aneh menyelimuti mereka. Tidak semuanya, Himawari yang polos tampak tersenyum senang melihat kakaknya pulang.

BORUTO: Jalan Baru ke Era KultivasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang