Boruto tidak bisa menerima kenyataan bahwa dia tidak mampu memahami dinding batu tersebut. Dulu dia sempat berpikir, kecuali teknik Kekkai Genkai atau Kekkai Tota yang memerlukan afinitas khusus, pada dasarnya semua teknik lain seharusnya bisa dia pelajari.
Baginya, seharusnya hanya ada dua jenis jutsu. Jutsu yang cocok untuknya dan yang tidak cocok untuknya. Namun, yang tidak cocok untuknya bukan berarti dia tidak bisa mempelajarinya.
Bahkan jika itu adalah jutsu elemen yang bukan afinitas utamanya, seharusnya dia masih bisa memiliki gambaran kasar tentang cara mengeluarkannya.
Walau cara itu pasti tidak efisien, bukan berarti dia akan tidak berdaya sama sekali.
Sebagai seorang jenius, dia selalu merasa selangkah lebih maju dari teman-teman sebayanya. Maka dari itu, alih-alih mencari jutsu kuat, dia mencari jutsu yang cocok untuk diintegrasikan ke dalam gaya bertarungnya.
Jika tidak, dari pada memilih belajar Jemari Elektrik, dia seharusnya bisa memilih belajar Chidori.
Hanya saja, dia tahu pro-kontra jika memilih Chidori. Pertama, konsumsi chakra terlalu besar. Kedua, penguasaan Chidori ke tingkat mahir memakan terlalu banyak waktu. Terakhir, gaya bertarung menggunakan Chidori tidak cocok untuk dirinya yang mengandalkan momentum.
Chidori cocok untuk serangan frontal, tetapi tidak cocok untuk serangan berbasis momentum.
Boruto memutuskan untuk melakukan hal bodoh.
"Jika tidak bisa dipahami oleh satu orang, bagaimana kalau empat orang? Kagebunshin!"
Tiga klon dirinya muncul di sekitar.
"..."
Tubuh asli Boruto memberi arahan. "Dengar, kalian coba pahami dan praktikkan jutsu di depan kita. Bahkan jika kalian harus mati berkali-kali, kita harus menguasai jutsu ini! Mengerti?!"
Ketiga klon menjawab serempak. "Mengerti bos!"
Dimulailah sebuah siklus latihan yang konyol.
Setiap kali klon memaksa menggunakan jutsu dengan pemahaman yang belum sempurna, chakra di dalam tubuh klon akan mengalami penyimpangan yang megakibatkan luka dalam.
Klon akan batuk darah sebelum menghilang.
Boruto sebagai tubuh asli mencoba merasakan pengalaman klon sebaik mungkin.
Tubuh asli juga masih mencoba berkonsentrasi pada dinding batu walau tidak mencoba jutsu secara gegabah seperti klon.
Klon pertama mati, diikuti klon kedua, dan ketiga.
"Kagebunshin!"
Siklus diulang kembali.
"Kagebunshin!"
"Kagebunshin!"
"Kagebunshin!"
Sementara Boruto sedang berusaha mati-matian memahami dinding batu, suasana kesibukkan terjadi di kantor Hokage.
Shikamaru tengah memberi laporan perkembangan terbaru desa Konoha.
"Jadi bisa dipastikan, untuk musim dingin bulan depan, ketahanan pangan Konoha akan aman."
Naruto yang serius mendengarkan kemudian bertanya, "Bagaimana dengan pakaian dan akses air hangat?"
Shikamaru membalas, "Untuk pakaian musim dingin kami telah menyubsidi para pedagang agar menurunkan harga. Sementara itu untuk akses ke pemanas air elektrik, orang-orang distrik 9-12 banyak yang belum memiliki. Namun, kita akan membuka pemandian air panas di distrik tersebut secara gratis selama musim dingin ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
BORUTO: Jalan Baru ke Era Kultivasi
FantasyYang berbeda dari cerita aslinya: 1. Boruto terkesan lebih dewasa dan tidak menjengkelkan. 2. Karakter lawas tidak di-nerf, malah tambah kuat. 3. Alur cerita fresh, sehingga akan lebih banyak perbedaan dari alur aslinya. 4. Banyak karakter buatan sa...