Chapter 39: Festival Tahun Baru Dimulai

75 15 0
                                    

Chapter 39: Festival Tahun Baru Dimulai

Untuk menyambut tahun baru, konoha akan mengadakan festival besar. Orang-orang yang hadir bukan hanya dari internal desa, tetapi beberapa desa shinobi kecil yang berafiliasi dengan Konoha.

Tentu saja, banyak orang normal dari kota besar di dekat Konoha juga datang sebagai tamu. Lagi pula, jarang-jarang desa shinobi besar seperti Konoha membuka gerbang mereka untuk orang asing tanpa kepentingan politik.

Sebenarnya, setelah perang besar terakhir kali, orang-orang normal di dunia terbagi menjadi dua kubu. Kubu pertama adalah mereka yang semakin penasaran dengan para shinobi. Rasa penasaran mereka terjadi akibat Mugen Tsukuyomi. Mimpi dari jutsu ini begitu membekas di dalam batin dan merupakan manifestasi dari utopia masing-masing orang.

Kubu kedua adalah mereka yang membenci shinobi lebih dari masa sebelumnya.

Jika dilihat dalam sejarah, peperangan intens berbasis ninjutsu dimulai sekitar 200 tahun sejak kematian Indra dan Ashura.

Pada kala itu, keturunan mereka dan keturunan murid mereka banyak mendirikan klan berbasis garis darah.

Ketika suatu klan mencapai level kekuatan tertentu, maka sumber daya yang dibutuhkan semakin melimpah.
Namun, jumlah sumber daya di wilayah mereka sendiri terbatas. Dari situlah awal mula konflik terjadi.

Konflik yang awalnya hanya meneteskan darah individu berubah menjadi peperangan antar klan dan pemaksaan hegemoni suatu klan atas yang lainnya.

Namun, ada hal yang menarik. Perang antar klan ini tidak terlalu sering melibatkan manusia normal. Bagaimanapun, ajaran Ninshu kala itu seperti agama. Ada nilai-nilai moral yang ditanamkan pada pengikutnya.

Bahkan orang keji seperti Indra tidak akan membantai manusia normal tanpa alasan yang jelas.

Nilai-nilai moral inilah yang menjadi alasan dunia pemilik chakra seolah terpisah dengan mereka yang tidak memilikinya.

Tentu saja, karena perang terus berlanjut, lama kelamaan korban orang normal juga berjatuhan. Pada satu titik, para daimyo berinisiatif untuk menengahi perang. Apakah itu karena mereka baik? Tidak, jawabannya karena mereka takut skala perangnya akan semakin meluas dan mengancam mereka.

Akhirnya, sistem desa shinobi pun terbentuk. Status desa shinobi berbeda dari kota atau desa orang normal. Mereka boleh membuat aturan sendiri. Sumber daya akan disediakan oleh daimyo asalkan desa shinobi mau menjalankan berbagai misi.

Dari sini, daimyo menjadi penguasa tidak langsung para pemilik chakra. Tentu saja, daimyo juga bersaing di antara mereka sendiri. Misi-misi yang diajukan pun kebanyakan bertujuan untuk merebut sumber daya negara lain.

Orang normal justru semakin banyak terlibat konflik pada era desa-desa shinobi. Karena misi daimyo kebanyakan bersifat agresi, maka terjadilah Perang Dunia Shinobi sebanyak tiga kali.

Dalam ketiga perang ini, sebenarnya ada dua medan pertempuran. Medan pertempuran para shinobi dan medan pertempuran pasukan normal daimyo.

Pemisahan medan pertempuran ini adalah pemahaman diam-diam para daimyo. Tidak ada gunanya membawa ratusan ribu pasukan normal untuk bertarung dengan kekuatan shinobi masing-masing negara. Seorang Chunin bisa melawan 1000 orang normal dalam pertarungan nyata.

Jadi, bahkan dengan batalyon yang berisi ratusan ribu pasukan, itu bisa di porak-porandakan hanya dengan mengirim puluhan Jonin.

Dari pada membuang nyawa ratusan ribu orang, lebih baik memisahkan medan pertempuran normal dan medan pertempuran shinobi.

Walaupun begitu, dalam skala perang antar negara tak dipungkiri kedua medan pertempuran bisa bertemu. Alhasil, orang normal banyak yang dibantai oleh shinobi sehingga kebencian mereka pada shinobi terbentuk.

Hanya saja, skala pembantaian orang normal pada ketiga perang sebelumnya masih bisa ditoleransi akal sehat. Itu karena aturan perang adalah yang kuat bertahan dan yang lemah mati.

Namun, di Perang Dunia Shinobi Keempat, itu berbeda. Daimyo tak mengirim pasukan normal mereka. Lawan dalam perang ini juga bukan negara lain, tetapi penjahat dunia.

Ketika Juubi mengamuk dan menembakkan banyak Bijuu Dama, banyak kota-kota normal hancur di seluruh benua. Skala pembantaian orang normal menembus rekor baru. Populasi manusia berkurang setidaknya sepuluh persen.

Sekalipun diumumkan bahwa perang terjadi akibat ulah Iblis Putih yang akan muncul setiap seribu tahun, bagaimanapun orang normal yang terdampak perang masih menyalahkan shinobi. Beberapa gerakan protes akan keberadaan shinobi terkadang muncul.

Hanya saja, sisa orang normal yang tidak terdampak perang malah semakin penasaran dengan keberadaan shinobi dan banyak menjadikan kunjungan tahun baru ke desa-desa shinobi besar sebagai wisata.

Mengenai sejarah kunjungan tahun baru, ini dimulai sekitar satu dekade lalu. Untuk membuat shinobi memiliki citra yang positif, Aliansi Shinobi memutuskan bahwa kelima desa shinobi besar akan mengadakan perayaan tahun baru yang boleh dihadiri siapapun.

Markas Divisi Sensor.

Ino pagi hari ini diundang untuk menjadi Ketua Tim Pengawasan Sensorik Tahun Baru. Itu adalah tim khusus yang dibuat hanya untuk momen pergantian tahun.

Dahulu, Ino juga memiliki posisi tinggi di Divisi Sensorik Konoha. Dia adalah kepalanya. Setelah mempunyai anak, Ino merasa harus lebih memperhatikan keluarga. Maka dari itu, ia meminta pemindahan posisi sebagai Penasihat Ahli saja untuk Divisi Sensorik.

Posisi Penasihat Ahli tidak memiliki otoritas nyata, tetapi jika Divisi Sensorik menemukan masalah yang sulit mereka atasi, disitulah Ino akan dipanggil untuk memberi solusi. Walau begitu, mayoritas anggota Divisi Sensorik sangat menghargai Ino. Jadi, alih-alih hanya memberi nasihat dan solusi, mereka malah meminta Ino menjadi ketua sementara tim khusus.

Ino tak menolak. Ia juga tahu kemampuannya adalah yang terbaik di bidang ini. Apalagi, momen tahun baru tidak bisa diremehkan. Akan banyak sekali orang asing mengunjungi Konoha. Jadi, Divisi Sensorik diharuskan mengawasi situasi keseluruhan desa dan melaporkan kejadian-kejadian berpotensi merugikan kepada divisi lain yang sesuai.

Ino berbicara, "Dalam hitungan ketiga, ubah status Kubah Pelindung Konoha dari siaga menjadi netral. Tiga … dua … satu."

Segera, kubah tak kasat mata yang melindungi Konoha dari serangan mendadak menurunkan statusnya. Dengan ini, orang asing diperbolehkan masuk tanpa memicu sistem pertahanan desa.

Ino melanjutkan, "Hubungi Divisi Kepolisian, Divisi Anbu, dan Divisi Pelacakan agar bersiap-siap dengan tugas mereka. Gerbang desa akan dibuka untuk umum dalam satu menit ke depan."

Di luar gerbang Konoha.

Kerumunan yang membludak di depan gerbang sudah mencapai angka ribuan. Ini baru gelombang hari pertama festival yang akan berlangsung sampai tiga hari hingga puncaknya pada tahun baru itu sendiri.

Menurut analisa statistik, jumlah pengunjung dari tahun ke tahun meningkat stabil di angka sepuluh sampai lima belas persen. Diperkirakan tahun ini akan ada lebih dari seratus ribu pengunjung. Dengan angka sebanyak itu, bisa dibayangkan betapa sibuknya otoritas konoha bekerja demi memastikan acara berjalan normal.

Jika ini adalah Konoha sebelum masa damai, seratus ribu adalah jumlah populasi maksimal yang bisa ditampung seluruh inci tanahnya. Namun, setelah perluasan besar-besaran, desa Konoha sudah seperti kota skala menengah yang bisa menampung lebih dari lima ratus ribu populasi.

Ketika gerbang raksasa Konoha terbuka, banjir manusia masuk dengan suasana meriah.

"Selamat datang di desa Konoha, desa shinobi terbesar Negara Api!"

BORUTO: Jalan Baru ke Era KultivasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang