Bab 13: Kemalangan Hinata

200 28 0
                                    

Boruto tidak pernah merasa dipermalukan seperti ini sebelumnya. Di akademi, bahkan jika ada murid yang berkonflik dan iri padanya, dia akan selalu menjadi pemenang terakhir. Sarada Uchiha yang digadang-gadang sebagai saingan utamanya pun bukan pengecualian.

Maka dari itu, ia belum pernah menemukan seseorang yang menghancurkan harga dirinya. Bagaimana bisa wanita itu berpikir dia naksir padanya? Jika bukan karena parasnya yang cantik, Boruto benar-benar ingin memakinya.

"Huh, sejak kamu terlalu memandang tinggi dirimu, jangan salahkan Tuan Muda ini untuk menjadikanmu pelayan di masa depan." Umpat Boruto.

Ia saat ini tengah berhati-hati memasukkan cairan resin ke dalam botol kaca yang berisi mawar merah. Tidak mungkin mawar ini akan bertahan sepuluh tahun tanpa suatu teknik isolasi.

Sementara Boruto mengalami pasang surut emosi, Hinata juga mengalami gejolak serupa. Setelah melihat bahwa Boruto benar-benar berada dalam situasi yang entah baik atau buruk, sebagai seorang ibu, ia tak bisa berhenti cemas.

Ia merasa dirinya semakin tidak berdaya. Dahulu sebelum berkeluarga, ayahnya selalu melatih dirinya sebagai penerus klan. Maka dari itu, berbagai latihan berat dia jalani demi menjadi lebih kuat.

Sekarang ini, kekuatan yang telah dia latih seolah tidak berguna untuk membantu situasi putranya. Ia pun memutuskan dalam benaknya bahwa ia harus belajar hal yang bisa membantu keluarga.

"Jadi, ada apa Nyonya Hokage menemui saya lagi? Kurasa ini belum saatnya jadwal pemeriksaan Boruto tiba." Sakura menyeruput teh yang masih panas.

"Sakura, maafkan aku yang kemarin-kemarin agak kasar. Aku tahu kesalahanku. Tolong jangan dimasukkan ke dalam hati." Hinata berucap penuh nada memohon.

"Hinata, aku tidak menyalahkanmu. Bagaimanapun, kita sama-sama seorang ibu. Aku mengerti betapa cemasnya perasaan seorang ibu ketika melihat putra atau putri mereka terkena musibah. Jika itu Sarada yang mengalaminya, aku tidak akan lebih baik darimu." Jelas Sakura.

"Terimakasih Sakura atas pengertianmu. Hari ini aku mengunjungimu selain untuk meminta maaf, juga untuk mengajukan permohonan." Terang Hinata.

"Tidak perlu sopan kepadaku. Kita sudah berteman sejak remaja. Saat ini posisimu bahkan berada di atasku. Jangan sungkan meminta sesuatu dariku. Aku berjanji akan membantumu selama itu dalam cakupan kemampuanku."

"Tidak, tidak. Aku hanya seorang ibu rumah tangga. Bagaimana bisa aku menganggap posisiku di atasmu yang memiliki jabatan resmi di desa." Hinata buru-buru menyangkal.

"Hei ... siapa yang tidak tahu bahwa derajat istri tergantung suami mereka. Bahkan jika kamu bukan istri Hokage, kamu masih putri penerus Klan Hyuga. Bagaimana bisa aku yang berasal dari keluarga biasa-biasa saja dibandingkan denganmu." Ungkap Sakura penuh rasa empati pada diri sendiri.

"Sakura, aku di sini benar-benar untuk memohon padamu. Tolong jangan membuatku malu dengan mengungkit-ngungkit status sosial." Hinata berkata sedih.

"Maaf, maaf. Kalau begitu, apa yang kamu ingin aku bantu?"

Hinata terdiam untuk beberapa saat. Batinnya berkonflik untuk sementara waktu sebelum membulatkan tekad. Tiba-tiba, Hinata menjatuhkan tubuhnya ke lantai dan membungkuk hormat pada Sakura.

"Sakura, tolong terima aku sebagai muridmu!" Teriak Hinata lantang.

Sakura yang sedang menyereput teh terkejut mendengarnya dan spontan menyemburkan cairan teh di mulutnya. Untungnya, ia menyembur ke arah yang berlawanan dari Hinata.

"Hinata, apa yang kamu lakukan? Cepat bangun!" Sakura buru-buru meletakkan cangkir tehnya dan membantu Hinata berdiri.

"Tidak. Jika kamu tidak setuju, aku tidak akan bangun." Berontak Hinata.

BORUTO: Jalan Baru ke Era KultivasiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang