Bab 14 | Luka untuk keduanya

2.3K 206 8
                                    

Baca lagi dari awal gais karena ada beberapa yang aku tambahin dan yang aku ilangin. Alasan kenapa aku mengobrak-abrik ceritanya karena gak mau ceritanya bertele-tele seperti kemarin. Semoga kalian mengerti ya dan mau membaca ulang.

Instagram : wpdisni.pupu

Baca sampe akhir ada sesuatu..

~Garis Semesta~
Lee Heeseung

Sekarang Mahesa menyadari mengapa tubuhnya terasa rewel jika di bawa beraktivitas terlalu ekstra, seperti mimisan yang berkali-kali, rasa linu di persendian, sering mual muntah tidak jelas dan pusing yang merambat kesegala arah ternyata ciri-ciri dia terdampak penyakit mematikan tersebut.

Mahesa tidak tau apa penyebab dia terserang penyakit mematikan ini lagi apa karena gaya pola hidupnya yang tidak benar? Mahesa tidak tau.

Karena Mahesa hanya hidup berdua dengan Adrian membuat Mahesa acuh dengan segalanya, termasuk acuh dengan kesehatan tubuhnya sendiri.

Dan di temani oleh angin malam dan bintang-bintang yang bersinar malam ini Mahesa terduduk di kursi santai yang berada ditepi kolam berenang yang ada di halaman rumahnya. Menyendiri adalah cara Mahesa mengoktimalkan pikirannya, dan sudah hampir satu jam Mahesa duduk berdiam diri disini dan belum ada tanda-tanda Mahesa akan meninggalkan tempat itu.

Ingin rasanya menyalahkan Tuhan yang terkesan tidak adil tapi ini adalah hidup yang sudah di gariskan Tuhan untuknya.

Mahesa hanya berharap bisa melewati semuanya dengan baik tanpa dia meninggalkan dunia, karena bagi Mahesa dia belum menjadi apa-apa didunia ini. Mahesa belum jadi anak baik, Mahesa belum cukup mempunyai amal dan Mahesa ingin hidup bahagia.

"Kalau gua gak bisa bahagiain Shabira gimana?" dialog Mahesa bertanya pada dirinya sendiri.

Mahesa mengadahkan wajahnya untuk melihat langit dan bintang yang memamerkan sinarnya.

"Mal di sana, kan?" lirih Mahesa.

"Gua belum pengen nyusul lo, Mal. Serindunya gua ke lo gak mungkin gua harus ninggalin Adrian di sini." Mahesa memejamkan kedua matanya. Apa yang ia katakan barusan memang benar. Mahesa rindu Malika tapi bukan berarti Mahesa tega meninggalkan Adrian di sini sendirian.

Mahesa tahu seberapa keras dan lelahnya Adrian berjuang untuk dirinya. Bahkan Adrian rela mencari uang tambahan untuk menghidupi keinginan Mahesa yang tidak pernah Mahesa pinta kepada kedua orang tuanya.

"Kan pusing lagi," ringis Mahesa.

Rupanya angin malam memang tidak bagus untuk tubuhnya. Mahesa bangkit dan mencari penyanggah untuk membantunya berjalan, kedua matanya sudah kunang-kunang dan persendiannya sudah linu.

Mahesa berharap Adrian mau menolongnya walaupun Mahesa tahu Adrian marah kepadanya. Adrian berhak marah, ya Mahesa memakluminya.

"Bang.. gua sakitt, jangan marah," lirih Mahesa di sela-sela ringisannya. Mahesa bisa melihat langkah gusar Adrian yang mendekat kearahnya. Adrian tetaplah Adrian yang tidak pernah bisa marah terlalu lama kepada Mahesa, kembali lagi Mahesa hanya mempunyai Adrian.

"Sa..." Mahesa menatap Adrian dengan tatapan sayu dan penuh rasa sesal.

"Bang jangan marah, gua sama siapa?" lirih Mahesa.

Garis Semesta | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang