~Garis Semesta~
"Kita kerumah sakit," ucap Adrian dengan sungguh-sungguh dan menggendong Mahesa pada punggungnya dan bergegas membawa Mahesa ke rumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
Di gendongan Adrian, Mahesa hanya bisa meringis pelan dengan darah yang lagi-lagi keluar dari kedua lubang hidungnya, tidak hanya itu kepalanya juga semakin sakit dengan persendian teramat nyeri Mahesa rasakan. Mahesa semakin menggeratkan pegangannya kepada Adrian, Adrian tahu Mahesa pasti semakin merasa sakit.
Adrian membuka pintu mobil itu dengan cepat dan pasti, mulai memasukan Mahesa ke dalam mobil dengan pelan karena Adrian tidak mau menambah rasa sakit Mahesa. Setelah memastikan Mahesa duduk dengan baik Adrian memutari depan mobil nya dan masuk ke area bangku pemudia.
Sebelum benar-benar menghidupkan mobil nya Adrian memastikan kondisi Mahesa yang sudah berantakan. "Tahan dulu sebentar," ucap Adrian mengusap puncak rambut Mahesa.
Mahesa tidak membalas ucapan Adrian saking fokus kepada sakit yang ia rasakan sendiri. Satu tetes sampai dua tetes air mata keluar dari sudut mata Mahesa, nyatanya sakit kali ini lebih jauh sakit dari pada sakitnya dulu.
Jika dulu mereka masih bersama maka sekarang hanya ada Adrian dan dirinya, maka tidak salah jika Mahesa hanya berharap dunianya pada Adrian.
"Bang.."
"Sebentar gua usahain buat lebih cepat sampe rumah sakit, tahan dulu ya, Sa. Please gua mohon," kata Adrian.
"Iya Bang gua tahan.." lirih Mahesa.
Melihat prustasinya Adrian menciptakan sebuah motovasi Mahesa untuk bisa menghiraukan rasa sakit pada tubuhnya karena melihat Adrian menjadikan Mahesa ingin hidup lebih lama lagi.
"Bang thank."
~Garis Semesta~
Adrian hanya bisa menghela nafas pelan di saat ia mendengarkan beberapa penjelasan dokter Wiliam yang menyangkut dengan kondisi kesehatan Mahesa.
"Jika kondisi Mahesa terus drop seperti ini jam sekolahnya harus di kurangin agar tidak menganggu kesehatan tubuhnya."
Point pikiran Adrian mengacu pada ucapan dokter Wiliam. Adrian sangat tahu bahwa Mahesa tidak mau berhenti sekolah hanya karena kesehatannya, mungkin menurut dokter Wiliam hanya mengurangi jam Mahesa berada di sekolah hanya saja itu tentu membuat Mahesa akan sedih.
Adrian membuka knop pintu Mahesa dengan pelan karena adiknya itu baru saja mendapatkan penanganan dan sekarang sudah tertidur pulas dengan jarum infus yang tertancap rapih di punggung tangan kiri Mahesa.
"Ndri!" panggil seseorang yang ternyata Della.
Adrian sempat memberikabar kepada Della setelah Mahesa di masukan ke UGD tadi. Dan ternyata terhitung cepat Della bisa menyusul.
"Dell." Della tersenyum tipis dan menghampiri Adrian yang mungkin hatinya sedang rapuh.
"Ndri gak papa?" tanya Della setelah memeluk singkat tubuh kekasihnya.
"Gak papa aku kuat dan Mahesa kuat." Adrian memasakan senyumnya agar kekasihnya tidak turut khawatir berlebihan.
"Kenapa bisa gini?" tanya Della mendekat ke brankar Mahesa dan menatap tulus wajah Mahesa yang tidur dengan tenangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Semesta | END
Novela Juvenil"Bang, Malika ngajak gua pergi sama dia. Tapi kalau gua ikut sama dia, lo gimana?" tanya Mahesa. "Jangan pergi, Sa. Disini aja, sama Abang. Start 24 November 2022