Bab 18 | Rasa penasaran

2K 206 20
                                    

Instagram follow :   wp.hopepen & pupupauziahhh_

~Garis Semesta~
Lee Heeseung

~Garis Semesta~
Lee Heeseung

"Heh masbro," sapa Adrian kala Mahesa membuka matanya dengan perlahan ada raut bingung terlihat jelas di wajah Mahesa.

"Hem.." balas Mahesa singkat.

"Lo hebat banget tadi, Sa. Semangat terus nanti gua kasih sesuatu yang lo pangen kan," tutur Adrian berusaha terlihat ceria didepan Mahesa.

"Ya gua tau gua hebat," balas Mahesa dan memejamkan matanya kembali.

Selang beberapa jam setelah kemo akhirnya Mahesa bangun dari tidurnya, saking capeknya memang membuat Mahesa terlelap dan Adrian tidak meninggalkan Mahesa sejengkalpun karena Adrian tahu apa saja efek yang kemungkinan dirasakan Mahesa paksa kemoterafi, singkatnya Adrian tidak mau Mahesa kesakitan sendirian.

"Bang.."

"Iya, Sa? Apa?"

"Tadi sakit banget tapi kata lo gua hebat, gua hebat beneran kan, Bang?" tanya Mahesa dengan kedua mata yang membinar.

Adrian terkekeh gemas melihat sifat Mahesa, tangannya terarah untuk kembali mengusap puncak kepala Mahesa. "Iya lo hebat keren pokoknya."

"Tapi sakit loh, Bang."

"Iya gua tau."

"Ps5 ya, Bang?" Adrian mengangguk tanpa berpikir karena untuk adiknya apapun itu pasti ia kasih asal melihat adiknya bahagia.

Mahesa memejamkan matanya kembali dalam hatinya ia senang Adrian akan membelikan ps5 yang padahal beberapa bulan lalu Adrian melarangnya membeli ps5 dan menggantinya dengan membelikannya laptop keluaran terbaru karena laptop yang sudah Mahesa punya selama tiga tahun terakhir sudah bermasalah.

Adrian tidak pernah salah menempatkan sesuatu terlebih untuk Mahesa. Mungkin ps5 tidak terlalu bermanfaat nantinya tetapi ada kepuasan bagi Mahesa setelah ia mempunyai ps5 yang sebagai impiannya, dan Adrian cukup dengan itu.

"Pusing kepalanya?"

"Heem?" Adrian membantu Mahesa untuk setengah berbaring berjaga-jaga jika Mahesa ingin muntah dan sudah ada diposisi duduk yang lebih menudahkan nantinya baskom untuk muntahannya juga sudah tersedia di bawah brankar yang Mahesa tempati.

Adrian terdiam dengan raut khawatir melihat kening Mahesa menyernyit dalam hati Adrian berkata 'lo pasti kesakitan lagi.'

"Apa yang kerasa bilang sama gua, Sa. Jadiin gua tempat lo ngadu," tukas Adrian tidak tega.

"Mual, Bang," adu Mahesa langsung tangan kananya juga mengusap perutnya yang terasa mual seakan isi yang tidak berisi itu ingin di keluarkan..

"Minum air anget dulu," balas Adrian memberikan Mahesa segelas air hangat dan membantu Mahesa untuk minum.

"Udah, Bang. Gak mau," ringis Mahesa.

"Adri Hesa kenapa?" Suara itu menyapa yang tidak lain adalah Della yang berjalan dengam tergesa-gesa.

"Mual, Dell." Della menatap Mahesa dengan instens

"Mau muntah gak?" tanya Della mengusap bahu Mahesa ternyata tubuh Mahesa berkeringat dingin.

"Mau, Ka. Cuma tenggorokan gua nya sakit," lirih Mahesa yang sebenarnya sudah tidak tahan menahan gejolak yang ada di perutnya bahkan seluruh badannya kini melemas tidak ada tenaga.

"Adri baskomnya," pinta Della dan Adrian turut menuruti. Della membuat Mahesa benar-benar duduk dan mengurut teguk Mahesa agar muntahnya bisa cepat keluar agar adik dari kekasihnya ini tidak terlalu tersiksa.

Garis Semesta | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang