Bab 36 | Alasan Mahesa

1.4K 149 35
                                    

***

"Kamu tau gak rasanya di saat kamu bangun dengan kondisi tubuh kamu yang sudah lebih baik tetapi kamu mendengar kabar bahwa kembaran kamu udah gak ada di dunia ini," lirih Mahesa menunduk.

Shabira terisak di pelukan Mahesa.

"Aku ngalamin itu sendirian, Bub," sambung Mahesa memejamkan matanya.

"Mamih sama Papih aku nganggap aku nukar nyawa Malika buat aku, padahal aku gak tau karena ini udah ketentuan Allah, setelah sembuh itu aku cuma sama Bang Adri sama Nenek juga yang selalu bela aku tapi gak lama Nenek juga pergi ninggalin aku sama Bang Adrian dan selang beberapa bulan orang tua kita pergi keluar negeri tanpa pulang lagi ke Indonesia."

Penjelasan Mahesa membuat Shabira syok setengah hati. Shabira kira orang tua Mahesa berada di luar negeri karena ada pekerjaan yang tidak bisa mereka tinggalkan, tetapi ada duka dan sakit di balik itu semua.

"Padahal aku masih kecil banget ya, Bub. Tapi udah di salahin atas meninggalkan saudara sendiri itu sebabnya nama Malika itu sensitif buat aku karena aku takut luka-luka itu bermunculan lagi dan buat aku nambah kepikiran, apalagi dengan kondisi aku yang mudah drop kayak sekarang," ucap Mahesa.

"Tapi ternyata luka itu beneran kembali, Bub. Aku di vonis kembali dan aku sakit kembali tapi rupanya sakit aku gak merubah Malika bisa kembali ke dunia ini, kan? Itu yang aku sesali sampai saat ini."

"Bubuu.." Shabira menegakan tubuhnya dan menatap kedua mata elang Mahesa yang terlihat redup sekarang.

Flashback On

"ADE, ADE JANGAN NINGGALIN MAMIH, NAK!" teriak Riana pada Malika yang saat itu masih ada di ruang mayat.

Setelah mendengar kabar mengejutkan itu Riana dan Fahmi langsung menuju tempat yang ditunjukan oleh bapak-bapak tersebut nanti, rupanya itu bapak-bapak yang menjadi saksi atas ketabraknya Malika di depan sana.

Bahkan pada saat mereka ingin masuk keruangan itu mereka sama sekali tidak melirik Adrian yang sedang menangis untung saja bapak-bapak itu menenangkan Adrian dengan sangat pelan-pelan.

"Ade.. Mamih gak mau di tinggal Ade, Mamih gak siap sayang. Bangun ya? Jangan seperti ini, katanya Ade mau liburan ya? Sudah lama sekali kita tidak liburan, kita liburan yuk tapi Ade bangun dulu, ya," pinta Riana memeluk jenazah Malika dengan erat.

Fahmi orang yang selama  ini terlihat kuat akhirnya meneteskan air mata melihat anak bungsu perempuannya meninggalkan dunia dengan sangat teramat mendadak bahkan tidak sempat mengucapkan terimakasih.

"Malika.. anak Mamih yang cantik, bangun sayang," isak Riana semakin kencang bahkan tubuhnya pun melemas jika tidak Fahmi tahan oleh tubuhnya.

Hari ini duka untuk keluarga mereka. Kedua anak mereka masing-masing mendapatkan kesulitan.

"Jangam pergi sayang, maafin Mamih.."

Fahmi mengusap punggung istrinya dengan pelan, hatinya juga ikut sakit atas kehilangan anaknya ini.

"Udah sayang udah.." ucap Fahmi.

"Udah apa maksud kamu, Mas? Tadi Lika masih ada, masih senyum sama aku, masih ngobrol kenapa di saat kemo Mahesa lancar dan nyaris sembuh Malika yang pergi? Kenapa gak Mahesa aja sekalian?" isak Riana yang ntah sadar dengan perkataanya ntah tidak.

Garis Semesta | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang