Bab 34 | Masalah Azka dan kebenaran

1.4K 170 22
                                    

***

"Sa mampir dulu kerumah Hersa lo gak papa? Ada yang mau gua ambil di sana," tukas Adrian saat melihat ternyata Mahesa anteng menonton kartun yang sangat Mahesa sukai.

Bahkan beberapa hari lalu rumahnya mendapat kiriman bonekan berukuran besar yang ternyata boneka tayo di berikan oleh Shabira.

Melihat hal itu membuat Adrian hanya bisa menggelengkan kepalanya. Bahkan Shabira juga sangat paham jika kekasihnya sangat menyukai tayo.

"Boleh aja, Bang. Sebentar, kan?" tanya Mahesa.

"Sebentar doang gua cuma mau ngambil bahan rapat resto buat besok," tukas Adrian yang di angguki Mahesa pelan karena Mahesa sedang asik menonton tayo.

"Kok lo suka banget sama tayo, Sa? Heran banget gua," tukas Adrian.

"Lucu, Bang. Itu aja sih alasan kenapa gua suka sama tayo," balas Mahesa ala kadarnya toh emang gak ada alasan pasti kenapa ia menyukai tayo.

Adrian tidak pernah mempermasalahkan hal itu bahkan menurut Adrian adiknya itu lebih baik menyukai dan menonton kartun dari pada harus menonton hal-hal yang aneh.

"Udah ah perih mata gua," keluh Mahesa menyudahi acaranya dan fokus melihat jalanan sore.

"Yaudah udah istirahatin dulu matanya." Mahesa menganggukan kepalanya, tiba-tiba saja pikirannya berkenalan atas semua yang udah ia lalui atau yang sedang ia lalui.

"Bang.." panggil Mahesa.

"Kenapa?" balas Adrian tetap fokus menyetir mobil yang sedang ia kendarai.

"Lo kalau capek ngurus gua bilang ya, Bang?"

"Apa sih gak ada capek-capek kalau pun capek yaudah sih kan buat lo juga, adik gua," tukas Adrian dengan suara kesalnya.

Mahesa menghela nafas nafas. Adrian tidak pernah ngeluh hal apapun kepadanya membuat Mahesa selalu berpikir bahwa Adrian memang tidak pernah menyesali semua yang telah terjadi kepadanya. Padahal di posisi Adrian saat ini benar-benar sulit, mempertahankan nyawa dengan penyakit yang menggerogoti tubuh itu tidak lah mudah.

"Bang jangan pernah nahan segala nya sendiri. Berbagi sama gua tentang apapun itu, setidaknya gua punya telinga buat dengerin apa yang lagi lo rasain, keluhan lo, bahagia lo atau apapun itu, gunain gua sebagai adik lo, Bang. Jangan terus bersikap lo baik-baik aja itu malah ngebuat gua sepertia adik yang tidak berguna," tukas Mahesa panjang lebar.

Adrian menyimak. Adrian tahu Mahesa selalu ingin tahu segalanya tapi Adrian tidak pernah mau Mahesa tahu segalanya karena akan berujung dengan pikiran baru untuk Mahesa. Adrian tidak perlu mengeluhkan segala materi yang banyak Adrian keluarkan demi menunjang kesehatan Mahesa untuk kemotetafi, radiasi, obat atau hal-hal lainnya, Adrian juga tidak harus menjelaskan soal kuliahnya, hubungannya dengan Della atau pun hal-hal lainnya, tidak.

Yang Adrian mau Mahesa terus semangat untuk berobat, tidak sudah meminum obat dan menuruti apa yang Adrian bicarakan demi kesehatan Mahesa.

Adrian banyak berharap kepada kesembuhan Mahesa walaupun Adrian tahu jika itu malah semakin membuat Mahesa sakit dan tersiksa, tapi Adrian tetaplah seorang Abang yang ingin melakukan hal apapun demi kesembuhan adik satu-satunya itu.

Garis Semesta | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang