***
Hari ini Mahesa sudah bisa masuk sekolah di antarkan oleh Adrian tidak lupa juga Mahesa meminta Adrian untuk menjemput Shabira.
Mereka berdua berjalan menelusuri koridor yang lumayan ramai karena jam masuk kelas di jam pertama sebentar lagi akan berbunyi. Mahesa tidak melepaskan rangkulannya pada bahu Shabira, ntah lah rasanya asing jika harus bertemu dengan sahabat-sahabatnya hari ini.
Sudah seminggu lebih mereka tidak bertatap wajah bahkan untuk saling bertukar kabar saja tidak. Mahesa bingung dengan semua tingkah ketiga sahabat laki-lakinya.
"Wahh akhirnya Aa ganteng ini udah sekolah lagi, kemana aja bro?" sapa teman sekelasnya.
"Libur aja bro," balas Mahesa dan duduk di kursinya.
Mahesa sempat melirik Azka yang sedang diam menunduk memainkan hp nya, terlihat orang yang sedang banyak pikiran memang.
"Ra bareng Mahesa?" tanya Naina menyapa Shabira. Shabira mengangguk dan tersenyum tipis.
"Rev, Kei kemana?"
Reva menggelengkan kepalanya pelan sejak semalam Reva tidak kontekan dengan Keisya. "Tapi kemarin masuk kok, nanti deh gua chat, Ra," balas Reva.
"Tapi kayaknya marahan sama Azka gak si? Dari tadi Azka diem terus gak bergairah juga," tukas Naina.
"Nah itu dia." Mereka mengobrol dengan suara pelan.
"Rev kayaknya gua duduk sama Mahesa lagi, ya?" Reva mengangguk.
"Gua seneng kalau kalian udah baikan berantem lama-lama juga gak bagus."
"Makasih," balas Shabira dan duduk di samping Mahesa.
"Kenapa?" tanya Shabira mengusap lengan Mahesa. Mahesa menggelengkan kepala dan memberikan senyuman tipis kepada Shabira.
"Aku gak mau gini terus nanti jam istirahat kita ngobrol sama Satria ya?" Shabira menganggukan kepalanya.
"Iya, Bu. Tapi kayaknya Satria belum datang, bangkunya masih kosong terus Kei juga gak ada."
"Gak papa aku udah ngirim pesan ko sama Satria buat ketemuan dan ngelurusin hal ini karena mau bagaimana pun kamu punya aku, aku gak mau kamu di cintai sama orang," lirih Mahesa karena sebenarnya kekhawatiran Mahesa itu ada. Mahesa takut Satria merebut Shabira dari pelukannya di saat Mahesa sedang membutuhkan Shabira sebagai penyemangat hidupnya.
"Aku tetap punya nya kamu, aku gak mungkin suka sama Satria ya mungkin suka tapi hanya sebatas sahabat, kan? Terlepas dari segala yang kamu pikirin entah kecemasan atau ke khawatiran kamu gak perlu takut karena mau gimanapun kamu cintanya aku," balas Shabira dengan suara lembut menenangkan. Pasalnya wajah Mahesa ini terlihat jelas sedang memikirkan banyak hal dan Shabira tidak mau karena ini kesehatan Mahesa menurun.
"Makasih cantik." Shabira tersenyum.
"Aku mau lepas jaketnya." Shabira menggelengkan kepalanya.
"Kamu udah dapat izin gak lepas jaket, Bubu. Jadi gak usah di lepas kamu suka kedinginan tiba-tiba loh." Mahesa menghela nafas.
"Oke.."
"Gak ada satu orang pun di antara mereka yang nyapa aku, Ra. Sebenarnya salah aku apa? Harusnya Satria yang di jauhin karena udah lancang menyukai kamu? Kenapa harus aku? Aku salahnya sama kamu, kan? Aku juga udah minta maaf sama kamu. Aku gak mau minta maaf ke mereka karena itu bukan kesalahan aku," tukas Mahesa kesal sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Semesta | END
Teen Fiction"Bang, Malika ngajak gua pergi sama dia. Tapi kalau gua ikut sama dia, lo gimana?" tanya Mahesa. "Jangan pergi, Sa. Disini aja, sama Abang. Start 24 November 2022