***
Mahesa terus menyudutkan Shabira mengunci pergerakan Shabira tanpa sela. Shabira sudah tidak bisa menatap kedua manik Mahesa yang sama seperti malam itu. Mahesa memegang tekuk Mahesa dan menyatukan kedua bibir mereka tanpa memperdulikan isakan Shabira yang meronta meminta d dilepaskan.
"Lepa..--
Mahesa melepaskan tautan bibirnya dengan tetap menatap wajah Shabira dengan emosi yang tidak kunjung mereda bahkan melihat Shabira yang sudah menangis histerispun Mahesa tidak ada rasa kasian kepada Shabira.
"Lepasin hiks, jahat," jerit Shabira mengepalkan kedua tangannya bahkan untuk mendorong tubuh Mahesa pun tenaganya sudah tidak ada.
Shabira syok dengan apa yang lagi-lagi Mahesa lakukan kepadanya seperti malam itu. Mahesa tidak bergerak fokus menatap wajah Shabira yang sudah sangat berantakan karena air mata.
"Gua suka, Ra.." lirih Mahesa entah sadar atau tidak. Shabira semakin takut dengan Mahesa versi seperti ini, seakan bukan Mahesa yang selama ini ia kenal.
"Lepas.." lirih Shabira memohon.
Taman sekolah sangat sepi. Shabira sangat sadar bahwa di taman ini hanya tersisa ia dan Mahesa, lalu pada siapa Shabira akan meminta tolong.
"KAMU JAHAT TAU GAK!" sentak Shabira membuat Mahesa tersenyum tipis seakan mengejek.
"Jahat? Gua pacar lo, Ra. Jangan nangis," kata Mahesa menyelipkan rambut Shabira yang menghalangi sedikit wajah Shabira. Pergerakan Shabira benar-benar terkunci oleh tubuh Mahesa, membuat Shabira susah untuk menghindar.
"Lepasin aku.." isak Shabira.
Apa sesalah itu jika Shabira membahas tentang Malika? Jika menang iya, Shabira akan menyesali perbuatannya.
"Bisa diem? Lo sendiri yang mulai mempermainkan emosi gua dan lo.. punya gua!" tekan Mahesa dengan nada menusuk membuat lagi Shabira memejamkan.
"LEPASIN! KAMU JAHAT SA SADAR!"
"KALAU GUA JAHAT LO APA HAH!" teriak Mahesa sangat kencang membuat tubuh Shabira bergetar hebat. Kedua kakinya melemas mendengar teriakan Mahesa yang membuat kepalanya sakit, bukan hanya kepalanya tetapi hatinya.
Dengan pelan dan tenaga yang seadanya Shabira mendorong dada Mahesa yang untungnya tidak di tahan oleh Mahesa.
"Kamu jahat hiks kamu jahat aku cuma nanya dia siapa tapi kenapa kamu kayak gini sama aku hiks.. kamu jahat kamu jahat," jerit Shabira menyeluruhkan seluruh tubuhnya di saat ia sudah mempunyai ruang.
Mahesa memejamkan matanya menenagkan pikirannya yang sangat kalut, emosi yang berada di puncak dengan tangis dan jeritan Shabira yang terekam jelas di telinganya.
"Kamu jahat.." isak Shabira menutup kedua telinganya. Jika harus mendengar bentahan Mahesa lagi, Shabira tidak akan kuat.
Tangisan Shabira semakin mengiris hati Mahesa yang mendengarnya. Hatinya kembali terketuk dan sadar dengan apa yang barusan ia perbuat, gadisnya menangis karena nya.
"Maaf.." Shabira semakin terisak mendengar satu kata yang keluar dari mulut Mahesa.
Kedua tangan Mahesa ingin merengkuh tubuh Shabira yang sudah terkulai lemas di rurumputan. Shabira menepis kasar tangan Mahesa seakan tidak mau direngkuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Semesta | END
Ficção Adolescente"Bang, Malika ngajak gua pergi sama dia. Tapi kalau gua ikut sama dia, lo gimana?" tanya Mahesa. "Jangan pergi, Sa. Disini aja, sama Abang. Start 24 November 2022