***
Dengan wajah sembab paska menangis Shabira memasuki rumahnya dengan langkah pelan. Sesak dari perkataan Mahesa membuat Shabira tidak bisa menahan air matanya, mungkin ia memang paham dengan apa yang Mahesa katakan hanya saja kesiapan untuk di tinggalkan berjauhan Shabira belum siap dan mungkin tidak pernah akan siap jika tidak di paksakan.
Shabira sudah mendengar pembicaraan Mahesa yang akan di pindahkan pengobatannya di luar negeri, khusunya di negara Jerman. Tentu saja Shabira tahu dari mulut Adrian sendiri, bahkan Adrian menjelaskan semuanya secara detail kepada Shabira.
Melihat antuasias Adrian yang bersemangat membawa Mahesa berobat ke rumah sakit luar negeri membuat Shabira tidak tega menanyakan why? Untuk itu Shabira hanya mengucapkan kata-kata semangat dan harapan untuk Mahesa.
Ting
Bang Adrian
|Ra, Hesa ngirim boneka kerumah lo katanya biar lo gak kesepian, di jaga baik-baik boneka nya. Seperti lo menjaga Mahesa dengan baik.|Shabira mengepalkan jari-jari tangannya. Kesiapan Shabira tidak ada, bahkan Shabira belum bisa menerima bahwa ia dan Mahesa akan berjauhan hanya saja Shabira pura-pura ikhlas yang Shabira harap ia bisa terbiasa.
Mahesa memutuskan hubungannya saja sudah membuatnya sesak apalagi jika harus berjauhan seperti ini. Shabira harap Mahesa akan menempati janjinya untuk menemuinya kembali jika Mahesa berhasil lolos dari penyakit itu.
Ceklek
"Mamah.." panggil shabira.
Shabira lihat mobil yang biasa Ayu bawa untuk bekerja ada di parkiran, artinya Ayu sudah pulang bukan?
Tidak ada jawaban dari Ayu. Shabira membawa langkah demi langkah untuk lebih masuk ke dalam rumahnya, dan benar saja Shabira melihat boneka berukuran jumbo di ruang keluarganya. Itu yang di maksud Adrian?
Shabira mendekat dan memeluk boneka itu, kenapa bisa boneka itu harumnya seperti ia mencium wangi tubuh Mahesa? Shabira terisak, rupanya isakan tersebut bisa di dengar oleh Ayu. Wanita yang masih memakai baju perawat itu langsung menghampiri anak sematawayangnya tersebut.
"Bira kenapa sayang?" tanya Ayu duduk di samping Shabira dan membawa anak nya pada pelukan hangatnya seorang Ibu.
Semakin di rangkul semakin juga tangisan Shabira terdengar sangat menyakitkan. Ayu tidak banyak bertanya membiarkan Shabira terus menangis hingga akhirnya Shabira merasa capek dan mulai tenang. Ayu tahu tabiat Shabira seperti apa, setelah ini Shabira pasti bercerita kepadanya.
Tangisan Shabira makin mereda, Ayu melepaskan pelukannya dan menangkup kedua pipi Shabira. "Kenapa, Nak?"
Shabira menunduk. Kini ia sudah lebih tenang paska menangis di pelukan Ibu nya.
"Hesa, Mah. Hesa makin parah, Bang Adrian mau bawa Hesa ke luar negeri untuk pengobatan," lirih Shabira.
"Lalu?" Shabira menggelengkan kepalanya pelan.
"Apa yang kamu khawatirkan, Nak? Mahesa keluar negeri kan untuk berobat," ucap Ayu.
"Mahesa mutusin hubungannya sama aku, Mah."
***
Hari ini Satria dan Azka mejenguk Mahesa di rumah sakit. Keduanya belum mengetahui bahwa besok tepatnya hari sabtu Mahesa akan ke Jerman untuk pengobatan. Sebenarnya Mahesa tidak tega meninggalkan Azka dan Satria yang masih berkelabung kareka di tinggalkan sahabat mereka, Reihan.
"Sa, ayo sembuh," ajak Azka dengan nada cerianya. Kini Azka paham bahwa bukan raut kesedihan atau kasian yang harus ia perlihatkan kepada Mahesa.
"Ayo. Gua udah kangen basketan lagi," ucap Mahesa masih mengatur suaranya karena takut dadanya kembali sakit seperti tiga jam yang lalu apalagi Mahesa di mintai untuk menjaga kondisinya agar kepergiannya ke Jerman tidak di undur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Semesta | END
Teen Fiction"Bang, Malika ngajak gua pergi sama dia. Tapi kalau gua ikut sama dia, lo gimana?" tanya Mahesa. "Jangan pergi, Sa. Disini aja, sama Abang. Start 24 November 2022