Bab 26 | Mengejar kata maaf

1.6K 186 21
                                    

***

Mahesa menghela nafas pelan saat dirinya sudah berhadapan dengan pintu kamar Shabira yang entah kenapa perasaanya sangat gugup padahal biasanya tidak segugup ini.

Tok.. tok.. tok..

"AKU GAK MAU DI GANGGU MAH!" respon Shabira dari dalam kamarnya.

"Ini aku, Mahesa."

Hening.

"Ra boleh buka pintu nya gak? Kalau gak mau boleh kamu yang keluar dulu gak? Aku mau ngobrol sama kamu," tukas Mahesa.

Di dalam sana sudah pasti Shabira bisa mendengar suara Mahesa dari luar. "Aku mau minta maaf sama kamu, Ra."

Lima menit kemudian Shabira tidak kunjung membuka pintu kamarnya membuat Mahesa harus menunggu lebih lama. "Ra buka dulu, ya?" pinta Mahesa lagi berusaha memelankan suaranya agar tidak menjadi sebuah tanda tanya untuk Ayu.

"Mau ngobrol di luar gak?" Mahesa menghela nafas kasar, Shabira berhak kecewa tapi Mahesa juga berhak marah atas foto itu.

"Aku lurusin semuanya."

"Ra.. please.."

Ceklek

Shabira menatap Mahesa dengan datar tanpa ada senyum seperti apa yang biasa Shabira lakukan.

"Akhirnya," ucap Mahesa lega saat Shabira membuka pintu kamarnya. Mahesa tersenyum tipis dan melihat wujud kekasihnya yang sudah beberapa hari ini tidak ia temui.

"Ada apa?" tanya Shabira dengan nada pelan dengan tangan kanannya yang bahkan tidak melepaskan knop pintu kamarnya.

"Jangan takut sama aku, Ra," pinta Mahesa. Mahesa bisa melihat rasa takut yang Shabira rasakan saat berhadapan dengannya, Mahesa merasa gagal saat ini juga.

Shabira tidak bersuara. Benar, Shabira takut berhadapan dengan Mahesa. Mahesa beberapa hari yang lalu samgat menakutkan baginya bahkan seperti bukan Mahesa yang Shabira kenali dengan baik.

"Ra?" Shabira menghela nafas pelan untuk menenangkan perasaannya. Walau ada rasa marah dan kecewa Shabira tidak bisa mengacuhkan Mahesa yang sudah jauh-jauh pergi dari rumahnya dan menghampirinya ke sini.

"Gak di sini," tukas Shabira datar dan berjalan lebih dulu untuk menjauh dari kamarnya. Mahesa menurut dan mengikuti langkah Shabira yang mengajaknya turun dari lantai dua.

"Ada apa?" tanya Shabira tanpa melirik Mahesa lagi.

"Mau pacaran," celetuk Mahesa membuat Shabira berdengus kesal. Ini lah Mahesa selalu bersikap seperti tidak terjadi apa-apa dengannya dan sedikit membuat Shabira kesal.

"Kalau untuk itu aku gak ada waktu," tukas Shabira hampir melenggang pergi jika Mahesa tidak menahan lengan kanan Shabira.

"Gak usah pegang-pegang!" tekan Shabira dengan tajam tidak lupa menghempaskan tangan Mahesa dari lengannya.

"Maaf."

"Hemm.." Mahesa menatap Shabira dengan lembut, Shabira sangat cantik di mata nya apalagi dengan pakaian rumahan seperti ini yang hanya memakai kulot panjang dengan kaos pendek tapi sayang tidak ada senyum di wajah Shabira kali ini.

Garis Semesta | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang