Bab 40 | Kehilangan

1.7K 172 41
                                    

***

Dibalkon kamarnya Adrian merenungi apa yang sudah ia lewati dan sedang ia jalani. Cukup membuat Adrian menghela nafas sesak karena memang jalan nya tidaklah mudah. Adrian hanya mempunyai dua kaki dan dua tangan untuk menghandle segalanya.

"Gua nyari biayanya dari mana," guman Adrian.

Tabungannya memang masih ada, uang yang sedikit-sedikit di transfer setiap bulannya dari orang tua memang ada tapi Adrian tetap harus mempersiapkan materi lebih untuk menjamin kedepannya akan seperti apa, terlebih yang menjadi prioritasnya adalah Mahesa.

Ting

Pak Gunawan
|Adrian uang kamu udah cair dari brand kemarin.|

"Alhamdulillah," gumam Adrian.

Adrian semakin yakin bahwa setiap masalah ada jalannya, setiap sulit ada masanya. Seperti sekarang, Adrian sedang bingung mencari uang untuk bekal pengobatan Mahesa rupanya Adrian sempat lupa bahwa kemarin-kemarin sempat pemotretan brand yang cukup terkenal.

Pak Gunawan
|Udah di transfer ke rekening kamu, ada bonus juga dari Bapak. Semoga bermanfaat.|

"Rezeki Mahesa," gumam Adrian dengan cepat Adrian membalas chat dari Pak Gunawan yang selama ini membantunya dalam memperdalam dunia modelingnya.

Ting

Hersa
|Cok lo lagi butuh duit kan? Bawa sini ke resto.|

"B-bang.." Adrian menoleh kearah sumber suara yang tepat ada di belakangnya. Adrian tersenyum tipis dan menggapai tangan Mahesa untuk menyuruh Mahesa duduk di sampingnya, sopa yang ada di balkon Adrian memang besar.

"Lagi apa sore-sore di balkon?" tanya Mahesa memulai percakapan.

"Ngadem aja." Mahesa juga bisa merasakan angin sore yang menerpa tubuh ringkihnya. Dia kangen menghabiskan waktu berdua dengan Adrian, satu waktu yang santai seperti sore ini.

Mahesa jadi membayangkan bagaimana nanti ia tidak berhasil sembuh dan meninggalkan Adrian sendirian di rumah ini, tapi Mahesa juga tahu Adrian itu pasti kuat dengan apapun masalah yang terjadi pada hidupnya.

"Bang kemo lagi kapan?" tanya Mahesa.

"Beberapa hari lagi. Gua belum liat jadwal pas nya, kenapa?" balas Adrian dengan dibarengi satu pertanyaan kepada Mahesa.

"Rambut gua rontok banyak. Nih," tutur Mahesa sembari mengusap rambutnya dan memperlihatkan kepada Adrian bahwa rambutnya benar-benar rontok.

Adrian tersenyum miris melihat hal itu. Lama kelamaan rambut hitam dan indah itu akan kembali habis seperti dulu, dan mungkin saja Mahesa akan kehilangan kepercayaan dirinya lagi.

"Gak papa, ya? Kan efek dari kemoterafi," ucap Adrian berharap Mahesa paham. Mahesa menganggukan kepalanya, ini bukan hal yang pertama baginya.

"Bang kalau gua gak bisa sembuh gimana, ya?" tanya Mahesa.

"Lo capek, ya?" Mahesa menganggukan kepalanya. Dirinya capek dan mungkin Adrian lebih capek.

Adrian mengusap punggung adik laki-lakinya, adik laki-laki kesayangannya dan prioritas utamanya. "Kalau gua maksa lo buat bertahan, pasti berat buat lo, ya? Tapi gua sendiri gak mau sendirian, Sa."

Garis Semesta | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang