Bab 35 | Cerita tentang Malika

1.4K 151 16
                                    

***

Flashback on

"Kakak, setelah sembuh nanti Kakak mau apa dari Ade?" tanya seorang gadis kecil yang pada saat itu berusia 10 tahun, bertanya kepada Mahesa yang sedang terbaring lemah di brankar rumah sakit.

"Kakak mau punya rambut lagi, De," gumam Mahesa. Tangan kanannya mengusap kepalanya yang sudah botak karena pengaruh kemoterafi yang selalu ia jalani selama ini.

Malika si gadis kecil berambut panjang itu tersenyum. "Ade yakin Kakak pasti sembuh dan punya rambut lagi kayak Ade," tukas Malika sembari memamerkan senyuman manisnya.

Mahesa ikut tersenyum melihat senyum adik kembarannya itu, setelah di vonis penyakit leukimia setahun yang lalu Mahesa kehilangan masa kecilnya yang artinya waktu Mahesa hanya di habiskan dirumah sakit di temani Adrian, dan Riani Mamahnya.

Soal Malika tidak terlalu sering  berada dirumah sakit karena tidak bagus juga untuk kesehatan dan mental Malika yang saat itu masih kecil. Tidak mungkin Malika harus melihat Mahesa terus merasa kesakitan kala penyakit itu penyerang ketenangan Mahesa.

"Kakak pengen sembuh rasanya sangat bosan di sini, Kakak pengen main sepedahan lagi sama Ade, pengen main bola lagi sama Bang Adrian di taman, terus mau sekolah lagi," jelas Mahesa membayangkan aktivitas yang sangat ia rindukan.

Sebelum sakit Mahesa sosok anak laki-laki yang aktif, aktif di kelas, sangat mudah berteman dan anak laki-laki yang ramah. Namun, sejak penyakit itu menyerangnya kepribadian Mahesa berubah cenderung menjadi diam bahkan sempat tidak mau bertemu dengan teman-teman sekolahnya.

"Ade yakin Kaka pasti sekolah lagi kok sama Ade, Kaka cepetan dong sembuhnya biar bareng-bareng lagi sama Ade, semangat ya Kakak," sahut Malika memberi semangat kepada Mahesa.

"Tapi sakit loh Ade. Kakak capek minum obat banyak banget apalagi Kakak gak bisa nelennya pasti kesedak terus," gerutu Mahesa benci dengan obat-obatan yang wajib ia konsumsi.

"Obat kan bikin Kakak sembuh.." gumam Malika.

"Ade sedih kakak sakit," isak Malika beberapa detik kemudian membuat Mahesa panik.

"Ehh kok Ade nangis? Kan yang sakit Kakak bukan Ade," kata Mahesa kebingungan melihat Adek kembarnya yang menangis.

"Ta..pi Kak--ka lama sembuhnya, tangan kakak di tusuk.. tusuk terus pasti sakit," isak Malika yang terlihat menggemaskan di mata Mahesa saat ini.

"Ade kenapa nangis?" tanya seseorang yang keluar dari kamar mandi, dia Adrian yang saat itu berusia 13 tahun.

"Abang.." rengek Malika dan merentangkan kedua tangannya kepada Adrian.

"Kenapa Ade? Di jailin kakak?" tanya Adrian setelah Malika memeluk tubuhnya tidak lupa kedua tangannya mengusap punggung adik bungsunya.

"Ade gak mau liat Kakak sakit, Abang.." ucap Malika di sela-sela tangisannya.

Adrian melirik Mahesa yang kini sedang menunduk sambil menatap infusan yang tertanjab di punggung tangan kirinya, matanya berkaca-kaca.

"Ade kan Kakak juga gak mau sakit, jadi Ade harus doain Kakak biar Kakak nya cepat sehat lagi kayak dulu ya?" Malika mengangguk pelan.

Garis Semesta | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang