Bab 11 | Sakit disembunyikan

2.3K 205 19
                                    

Baca lagi dari awal gais karena ada beberapa yang aku tambahin dan yang aku ilangin. Alasan kenapa aku mengobrak-abrik ceritanya karena gak mau ceritanya bertele-tele seperti kemarin. Semoga kalian mengerti ya dan mau membaca ulang.

Instagram : wpdisni.pupu

~Garis Semesta~
Lee Heeseung

"Huh.." desah Mahesa menyandarkan tubuhnya pada sopa di samping nya terdapat Hersa yang terlihat fokus mengerjakan tugas kuliahnya.

Tubuhnya lelah paska menyelesaikan latihan basket tadi, belum lagi perutnya belum diisi oleh nasi membuat kepalanya berat dan pusing ditambah dengan perut yang perih yang Mahesa rasakan sejak perjalanan pulang dari sekolah ke rumah Hersa.

Mahesa akan diam-diam meminta obat magh Keisya nanti, untuk meredakan perih di lambungnya.

"Cape banget, Sa? Habis ngapain nih baru balik?" tanya Hersa.

"Latbas Bang. Jangan bilang Bang Ad ya," pinta Mahesa kepada Hersa.

Adrian mengajarkan Mahesa untuk tidak pernah berbohong pada siapapun, tapi siapa sangka bahwa Mahesa teramat banyak berbohong kepada Adrian bukan kepada orang lain.

Berkata jujur kepada Adrian, berat untuk Mahesa. "Kenapa?"

"Biar nanti gua yang bilang sendiri," tukas Mahesa. Hersa mengangguk paham, toh biarkan itu urusan kakak beradik itu yang Hersa tahu Adrian itu posesif kepada adiknya.

"Bang lo tau gak alasan kenapa Bang Adri nitipin gua ke lo?"

Karena merasa di ajak mengobrol oleh Mahesa, Hersa memutuskan untuk menyudahi mengerjakan tugasnya dan bisa fokus mendengar dan menjawab lawan bicaranya.

"Emang lo gak nanya langsung?"

"Nanya. Tapi gua pengen tau versi lo."

"Simple aja Sa, Adrian takut lo kenapa-napa dalam artian lain juga takut lo lepas dari pengawasan orang dewasa," tukas Hersa yang sedikit paham kenapa Adrian menitipkan adiknya.

"Dikira gua bocil SD apa," gerutu Mahesa.

Mendengar hal itu membuat Hersa terkekeh. Iya juga, menurutnya. "Kalau menurut gua ya Sa lo emang di pandang bocil SD sama Adrian."

"Ya ya gua emang gak pernah jadi orang dewasa di mata dia." Mahesa tetap menggerutu.

"Adrian sayang banget Sa sama lo." Mahesa mengangguk. Kasih sayang, perhatian dan segala hal yang Adrian berikan kepadanya terasa nyata tanpa fake apapun.

"Gua ngerasain hal itu, Bang."

"So, alasan kental kenapa dia nitipin lo ke gua ya karena itu, Sa."

Mahesa terdiam. Hersa benar. Kenapa ia harus mempertanyakan hal yang sudah ia ketahui jawabannya? 'Adrian itu sayang Mahesa, sayang adiknya.'

"Kenapa harus lo, Bang?"

"Kalau gak gua ya siapa lagi?"

"Aihh iya juga ya, Bang. Keluarga aja gak ada yang ngakuin gua," keluh Mahesa. Hersa tidak memperpanjang keluhan Mahesa jika nantinya akan membuat Mahesa terluka.

"Sa.."

"Hmm?"

"Kei deket sama Azka-Azka itu, ya?"

"Gua rasa iya."

"Sebelum lo tinggal di sini Kei sempet bawa Azka ke rumah.." Hersa menggantungkan ucapannya ada rasa ragu jika ia harus membicarakan hal itu.

"Wah gila si Azka dia kagak ada cerita tuh."

"Tapi bokap gua murka liat wajah Azka.."

"Why?" Hersa menghela nafas dan menggelengkan kepalanya. Sungguh Hersa saja tidak tahu mengapa orang tua nya murka melihat Keisya membawa Azka kerumah dan memperkenalkan Azka sebagai orang yang sedang dekatnya.

Garis Semesta | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang