~Garis Semesta~
Lee HeeseungPintu kamarnya berderit pelan tanda ada orang yang membuka pintu kamar pribadinya yang tidak lain adalah Adrian dengan wajah paniknya.
"Sa.."
Mahesa tidak membalas panggilan Adrian yang kini langkahnya terdengar mendekat. Adrian naik ke atas ranjang dan duduk bersila di samping Mahesa yang sedang meringkuk.
"Sa.. Mahesa?" panggil Adrian.
Kedua tangan Adrian bergerak untuk merengkuh tubuh Mahesa yang terasa ringkih, wajar Mahesa kehilangan berat badannya dan sekarang terlihat lebih kurus hanya saja kedua pipi nya tidak menirus.
"B-bang.." lirih Mahesa dengan suara yang sedikit bergetar.
"Iya ini gua, apa yang sakit?" tanya Adrian membawa Mahesa kedalam rengkuhannya, tangan kanannya beralih untuk mengusap-ngusap punggung Mahesa.
Mahesa teamat pasrah dengan apapun yang Adrian lakukan kepadanya, yang terpenting di saat ia kesakitan ada Adrian yang menemaninya.
"Sa-kit B-ang..ngg.."
"Obat nya dimana biar gua ambilin," tanya Adrian.
Di saat seperti ini Adrian harus terlihat tenang walau nyatanya perasaan sangat kacau, mau bagaimana juga Adrian harus menjaga mood Mahesa agar tidak memburuk dan memikirkan hal macam-macam.
Mahesa peka terhadap perasaan, apa lagi perasaan Adrian si orang pertama yang selalu ada di sampingnya.
"Obatnya dimana?" tanya Adrian untuk yang kedua kalinya karena Mahesa tidak kunjung membalas pertanyaanya.
Kedua telinganya terasa berdenging hingga membuat Mahesa kesusahan dalam menjawab pertanyaan Adrian perihal menanyakan posisi obatnya.
Tangannya terarah memegang kepalanya yang terasa akan pecah sakit sakitnya, Mahesa nyari memukul kepalanya jika tidak dengan gerakan cepat Adrian yang langsung menahan kedua tangan Mahesa.
"Mahesa gak gini caranya, kalau mukulin kepala yang ada tambah sakit kepalanya. Sekarang dengerin apa kata gua, narik nafasnya pelan-pelan hembuskan pelan-pelan juga, di dalam hati jangan lupa sebut asma Allah," ujar Adrian dengan suara yang sangat lemah lembit berbisik di telinga kanan Mahesa.
Seakan menuruti apa kata Adrian, Mahesa menghela nafas secara beraturan tanpa panik seperti tadi. Tangan kananya juga di genggam oleh tangan kiri Adrian, sudah sepantasnya Mahesa bersyukur mempunyai Kakak kandung yang sangat menyayanginya.
"Mahesa kuat Mahesa kuat. Istigfar, Sa. Gak papa sakit, Allah lagi nguji kita," lirih Adrian.
"Makasih, Bang," lirih Mahesa merasa lebih baik dari sebelumnya.
Akhirnya Adrian bisa menghela nafas lega saat mendengar suara Mahesa yang lebih tenang. Dengan pelan Adrian membaringkan tubuh Mahesa dan tidak lupa menumpuk bantal untuk memberikan kenyamanan bagi Mahesa.
"Masih sakit, Bang," lirih Mahesa.
Rupanya sakitnya masih ada hanya saja Mahesa sudah lebih dari tenang.
"Obatnya dimana?"
"Laci.."
Adrian bergerak cepat mengambil obat darurat yang harus Mahesa makan. Sebenarnya sudah harus dari tadi Adrian memberikan obat itu kepada Mahesa, tapi karena Mahesa yang tidak bisa menelan obat dengan cepat makanya Adrian berusaha membuat Mahesa untuk tenang terlebih dahulu.
Tidak membutuhkan waktu yang lama Adrian berhasil menggerus obat itu dan Adrian basahkan pakai air. Dengan posisi Mahesa yang setengah tidur tidak membuat Adrian kesusahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Semesta | END
Teen Fiction"Bang, Malika ngajak gua pergi sama dia. Tapi kalau gua ikut sama dia, lo gimana?" tanya Mahesa. "Jangan pergi, Sa. Disini aja, sama Abang. Start 24 November 2022