* * *
Sudah menjadi sebuah tanda tanya anak-anak satu kelasnya kenapa Mahesa pulang di jam sepuluh pagi bahkan tidak sampai setengah hari di sekolah. Tetapi di antar mereka tidak ada yang berani bertanya demikian, termasuk sahabat-sahabat Mahesa sendiri.
Sudah tiga hari juga Keisya tidak masuk sekolah beralasan sakit tapi Mahesa tahu bahwa Keisya sedang berkonflik dengan keluarganya juga Azka.
Hari ini Mahesa ingin mengunjungi Keisya di rumahnya, ada tidak adanya orang tua Keisya ia akan tetap berkunjung untuk melihat kondisi Keisya karena mau bagaimanapun Keisya tetap lah sahabat nya.
"Bang Adri udah jemput?" tanya Shabira memeganggi lengan Mahesa. Mahesa membalasnya dengan satu anggukan pelan, Adrian memang sudah ada di depan sekolah untuk menjemputnya.
Sedari tadi Mahesa ngeh jika Satria terus memperhatikannya tetapi Mahesa tetap bersikap biasanya saja. Mahesa juga mendengar bahwa kedua orang tua Naina dan Satria di panggil ke sekolah, tetapi Mahesa tidak memperdulikan hal itu karena emang kesalahan Satria sendiri.
Seharusnya Satria sudah bisa melepaskan Shabira agar keadaanya jauh lebih membaik lagi tidak terus saling diam membuat Mahesa tidak mempunyai siapa-siapa lagi di sekolah jika bukan Shabira.
"Aku anterin ke depan, ya?" Mahesa menggelengkan kepalanya, sudah cukup ia merepotkan Shabira disetiap harinya.
"Aku sendiri aja, Bub. Kamu 'kan lagi nulis beresin aja dulu nulisnya," tukas Mahesa yang tidak bisa Shabira sanggah.
"Tapi nanti jadi, 'kan?"
"Siap." Shabira tersenyum tipis.
"Langsung istirahat, ya?" Mahesa tersenyum membalas pernyataan Shabira yang sudah terdengar biasa saja di telinganya.
"Bye, cantik."
Mahesa keluar dari kelas dengan langkah pelannya, hingga Mahesa menyadari bahwa Satria mengikutinya sampai depan gerbang.
"Hesa!" Mahesa melirik kebelakang dan melihat Satria yang menghampirinya. Mahesa menautkan kedua halisnya, kenapa Satria menemuinya setelah kemarin-kemarin keukeuh akan merebut Shabira darinya.
"Kenapa?" tanya Mahesa.
"Ada yang mau gua omongin dulu sama lo, lo bisa?" tanya Satria terasa canggung apalagi dengan respon Mahesa yang tidak terlalu baik, wajar rasa takut melihat Shabira bersama Satria selalu terbayang.
"Gak bisa lama gua harus pulang," tukas Mahesa.
"Hm oke."
"Mau ngomong apa? Kalau ngomongin soal lo mau ngerebut Shabira dari gua mendingan jangan deh, Sat. Gua udah banyak pikiran jangan lo nambah lagi." Belum apa-apa Mahesa sudah suudzon karena memang Mahesa setakut itu kehilangan Shabira.
"Gua terpaksa harus sama Naina."
"Kenapa harus terpaksa dalam menjalani hubungan?" semprot Mahesa.
"Lo pikir mudah lepasin Shabira buat lo?" ketus Satria.
"Yaudah syukur kalau lo mau sama Naina dengan apapun alasan itu, gua cuma minta udah ya Sat waktu gua gak lama biarin gua bahagia dulu sama Shabira," jelas Mahesa membuat Satria kepikiran. Maksud waktu tidak lama itu bagaimana? Pikir Satria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Garis Semesta | END
Teen Fiction"Bang, Malika ngajak gua pergi sama dia. Tapi kalau gua ikut sama dia, lo gimana?" tanya Mahesa. "Jangan pergi, Sa. Disini aja, sama Abang. Start 24 November 2022