Bab 45 | Usai

1.4K 150 40
                                    

***

"Kita berangkat hari sabtu ya, Ndri," tutur Rezka kepada Adrian yang kini menemuinya dengan di antar oleh Dokter Wiliam. Mereka sudah mengobrol banyak hari ini, tentu saja untuk membicarakan keberangkatan Mahesa ke Jerman.

"Sabtu ini, Dok?" Rezka menganggukan kepalanya. Segala dokumen juga kepentingan yang harus di urusi sudah beres dan minggu ini Mahesa sudah bisa di terbangkan ke Jerman dengan di temani oleh Dokter Rezka langsung.

Belum ada yang tahu tentang kabarnya Mahesa yang akan di bawa ke Jerman untuk pengobatan, bahkan yang tahu hanya Della dan Hersa sebagai orang yang sangat dengan Adrian.

"Iya sabtu ini. Lebih cepat lebih baik, kita juga harus mengutamakan kondisi Mahesa. Mumpung kondisinya sedang baik alanglah baiknya kita percepat agara penangananya juga lebih mudah, bukan begitu, Dokter Wil?" tanya Rezka melirik ke arah Dokter Wiliam.

Dokter Wiliam mengangguk pelan dan menepuk bahu Adrian. "Tenang saja kamu gak sendiri, Dokter Rezka akan nemenin kamu untuk ke sana."

"Makasih atas semua bantuannya, Dok,"

"Kuliah kamu bagaimana?" tanya Dokter Wiliam.

"Ngambil daring, Dok."

"Orang tua kamu?" Adrian terdiam beberapa detik, setelah itu menggelengkan kepalanya pelan.

"Gak papa, Dok. Mahesa punya saya, gak ada orang tua pun gak papa toh selama ini Mahesa hanya menyimpan dunianya ke saya," tukas Adrian menyakinkan kedua dokter yang ada di hadapannya.

"Kamu pasti kesulitan, Ndri. Sebenarnya umur kamu masih muda untuk mengerti hal berat seperti ini, tapi kamu berhasil menjadi anak yang sangat hebat dan tumbuh dengan kepribadian yang sangat baik," tukas Dokter Wiliam.

"Semuanya karena keadaan, Dok. Kalau bukan dengan saya, Mahesa mau sama siapa, Dok. Cuma saya keluarga yang sangat dengan Mahesa," balas Adrian dengan kesungguhan hatinya.

"Semua akan indah pada waktunya, tetap kuat Adrian. Mahesa beruntung banget punya kakak seperti kamu, kami semua pasti mendoakan yang terbaik untuk kalian berdua semoga usaha kami bisa membuahkan hasil yang terbaik buat kamu dan Mahesa," sambung Rezka kembali mengingatkannya terhadap masa lalu paska ia kembali ke Indonesia.

Tentu Rezka teringat kepada Rasen, anak yang dulu masih berusia belasan tahun itu sudah kehilangan keindahan dari sebuah keluarga. Dan sekarang Rasen sudah menciptakan keluarga yang jauh lebih indah.

Kembali pada Adrian. Mungkin dulu Adrian sempat merasakan indahnya sebuah keluarga, namun keadaannya sekarang berbeda. Terisa hanya ia dan Mahesa, adik yang harus selalu ia jaga dan sudah menjadi sebuah tanggung jawab terberatnya.

Maka, kehilangan Mahesa juga suatu keadaan berat untuk Adrian.

"Tapi yang harus kamu tahu, Adrian. Kamu gak sendiri, kamu masih punya kedua teman kamu itu, kan?" Adrian menganggukan kepalanya, mungkin yang di maksud Dokter Wiliam adalah Hersa dan Della.

"Dan gak hanya mereka, kami pun ada jika kamu kesulitan dan membutuhkan ruang untuk cerita."

"Dok, kenapa yang berbicara itu harus kalian, kenapa gak orang tua kita?" gumam Adrian.

"Yang seharusnya ada itu orang tua, bukan orang lain," sambung Adrian yang sebenarnya tidak ingin membahas tentang orang tua hanya saja sejak kemarin Fahmi dan Riana adalah fokusnya Adrian.

"Dok, saya gak marah sama keadaan kita sekarang hanya saja boleh kan saya kecewa?"

"Tentu. Manusia harus merasakan kecewa, karena di dunia ini bukan hanya perihal bahagia," tukas Dokter Rezka.

Garis Semesta | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang