Bab 27 | Pengakuan Satria

1.6K 195 37
                                    

***

"YA GUA EMANG SUKA SAMA SHABIRA!" tukas Satria membuat satu kelas hening begitu juga dengan Mahesa yang menghentikan langkahnya yang baru saja sampai pintu keluar kelas.

"Sat!" Satria melirik Shabira yang tertenggun.

Semua yang ada di kelas kaget dengan pengakutan Satria yang sangat terang-terangan bahkan membuat Mahesa kembali untuk mendengar lebih jelas apa yang di maksud oleh Satria.

"Gua beneran suka, Rei. Selama gua gak ganggu hubungan dia sama Shabira gak masalah, kan?" tegas Satria tanpa memperdulikan Mahesa yang sudah kepancing emosi tapi berusaha Mahesa tahan.

Naina berkaca-kaca mendengar pernyataan jelas di depannya. Jadi ini alasan kenapa Satria tidak pernah memberikannya kepastian setelah lama berdekatan? Pikir Naina. Keisya yang paham dengan perasaan Naina langsung mengenggam tangan kanan Naina seakan untuk memberikan ketenangan.

"Maksud lo apa, Sat?" Kini Mahesa yang angkat bicara. Reihan berdecak kesal di saat situasi tidak membaik seperti ini Satria ikut-ikutan mencari perkara yang pasti sangat sensitif bagi Mahesa sendiri.

"Gua suka sama Shabira lebih dulu dari pada lo, Sa. Tapi karena lo sebelum gua maju gua udah kalah dan sialnya Shabira gak pernah sadar sama perasana gua."

"Jadi gua yang ngekhianati lo atau lo yang ngehianti gua?" tanya Mahesa berusaha tenang walau sangat terlihat jelas bahwa Mahesa sedang menahan emosi begitu juga dengan Satria yang berusaha tenang dengan penagkuannya walau sedikit Satria sesali.

Satria terkekeh. Pandangannya terarah kepada Shabira yang tidak berkutat nyaris diam saking terkejutnya dengan perkataan Satria. Satria sudah dianggap Shabira sebagai saudaranya sendiri karena mereka bersahabat dari kecil namun siapa sangka bahwa Satria mempunyai perasaan yang lebih bahkan terpendam setelah sekian lama oleh Satria sendiri.

"Lo mau marah, Ra?" Shabira mengalihkan pandangannya, tidak berani untuk bertatap muka dengan Satria karena mau bagaimapun Shabira kecewa dengan Satria karena telah lancang menyukainya lebih dari sekedar perasaan suka sebagai sahabat. Tapi mau bagaimanapun perasaan tetap perasaan yang tidak pernah mudah untuk di kontrol.

"Terus maksud lo apa ngasih harapan sama Naina, Sat?" tanya Keisya.

"Untuk menghilangkan rasa gua sama Shabira tapi ternyata mau bagaimanapun usahanya kalau gua gak bisa ya gak pernah bisa," balas Satria.

"Karena lo gak niat buat hapus perasaan lo?" Satria mengangguk.

"Karena rasa ingin memiliki Shabira itu sekalu ada.." lirih Satria.

"BERENGSEK LO!"

Mahesa membogem wajah Satria dengan keras. Emosinya naik saat mendengar kata Satria  menurutnya sudah terlalu jauh untuk posisi Shabira yang sudah ada yang memiliki apalagi dimiliki oleh sahabat Satria sendiri, yaitu dirinya.

"MAHESA/HESA!" Kelas ricuh karena serangan emosi dari Mahesa yang membogem Satria dengan kencang membuat Satria terdorong dan mengenai lemari buku yang ada di kelas.

Satria terkekeh miris merasa darah keluar dari sudut bibirnya. Dengan pelan Satria berusaha untuk berdiri dibantu oleh Azka yang sedari tadi hanya menyimak.

"Lo ngekhianati gua, Sat," ucap Mahesa dengan tegas.

"Dan lo nyakitin Shabira, Sa. Lo pikir gua terima Shabira di sakitin sama lo? Jangan mentang-mentang lo punya hatinya lo jadi seenaknya memperlakukan wanita, Sa," balas Satria gak kalah tegas.

Mau bagaimanapun Satria memegang penuh dalam menjaga Shabira tentu karena orang tua Shabira selalu menitipkan Shabira kepadanya.

"Gua gak mak--

Garis Semesta | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang