30. SWITCH!

12.1K 1.1K 245
                                    

Dan pada akhrinya, disinilah mereka berada.

Di ruang uks sekolah? Tentu saja tidak.
Alih-alih ke ruang uks, Jeno malah harus membawa Jaemin ke rumah sakit terdekat.

Kenapa? Karena pacarnya itu pingsan saat mereka bergandengan tangan menuju ruang uks disekolah.

"Kami sudah memberikan beberapa obat pada tuan Jaemin, jika tangannya terasa sakit atau kembali mengeluarkan darah, tolong segera panggil suster atau dokter."

Jeno mengangguk paham lalu membungkuk kecil pada sang dokter, "baik dok, terimakasih."

Dokter itu mengangguk dengan senyum kecil dibibirnya, setelahnya dia pergi—beranjak keluar dari ruang rawat milik Jaemin, menyisakan Jeno dan pacarnya disana.

Jeno berbalik, berjalan menghampiri ranjang milik Jaemin, dimana laki-laki Na itu tengah duduk bersandar di ranjangnya sambil memperhatikan Jeno yang berjalan mendekat.

Jeno berdiri disamping ranjang milik Jaemin, ia menatap sosok didepannya dengan raut wajah menyesal.

"Maaf membuatmu begini."

Dahi Jaemin mengerenyit. "Maaf? Kamu meminta maaf untuk apa, cattie? It's not your fault, babe." Ucapnya dengan seulas senyum hangat dibibirnya, seolah meyakinkan pacarnya itu bahwa ini semua bukan salahnya.

Jeno balas tersenyum, netra hitamnya melirik ke arah kedua tangan Jaemin yang tampak diperban dengan salah satu tangan yang dipasang infusan.

Wajahnya juga diberi beberapa plester guna menutupi luka-luka yang kini menghiasi wajah paripurna miliknya Jaemin.

Jeno tersenyum getir, ia tak menyangka Jaemin akan melakukan semua keributan tadi hanya karena foto kedua yang tengah berciuman.

Jeno mendongak, menatap hangat sosok didepannya itu.

"Kepalamu masih pusing? Atau tangganmu terasa sakit lagi?" Jaemin menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan pacarnya itu.

Tangannya bergerak meraih tangan Jeno lalu menggenggamnya sebelum kemudian mendaratkan sebuah kecupan mesra dipunggung tangan pacarnya itu.

Jaemin melempar senyum ke arah Jeno yang tampak sedikit memerah karena perlakuannya.

"I'm okay, babe."

"Tadi aku pingsan karena sedikit pusing akibat terlalu banyak darah yang keluar dari tanganku, but now everything is fine," ucapnya sambil lagi-lagi mendaratkan kecupan mesra dipunggung tangan Jeno.

Jaemin benar-benar memperlakukan Jeno dengan sangat manis, seolah benar-benar ingin mengubah laki-laki yang pernah bergelar dominan terbaik itu menjadi seorang submisive yang paling menggemaskan.

Merasa tak ada jawaban dari pacarnya, Jaemin tentu langsung mengulas senyum hangatnya sambil menatap lurus obsidian hitam milik Jeno.

Tangannya naik, mengusap pelan pipi tirus milik Jeno. "Jangan khawatir, aku baik-baik saja, Jen."

Jeno mengangguk kecil dengan telinganya yang masih tampak memerah, membuat dominannya itu hanya bisa terkekeh gemas.

Jaemin menarik tangan Jeno agar laki-laki itu beralih duduk diatas ranjangnya dan duduk berdekatan dengannya. Ia merapatkan tubuhnya dengan tubuh Jeno saat pemuda bersurai hitam itu benar-benar duduk disampingnya.

Jaemin menyenderkan tubuhnya pada badan kekar milik sang pacar, sebelah tangannya yang tak tersambung dengan selang infus menelusup masuk—merengkuh pinggang Jeno posesif.

Jeno memalingkan wajahnya, tangannya bergerak kaku merengkuh tubuh Jaemin yang bersender padanya.

Jaemin terkekeh pelan, saat kepalanya menoleh ia langsung dipertemukan dengan ceruk leher Jeno yang masih terdapat bercak keunguan—berkat hasil kemarahannya waktu itu.

SWITCH! | JAEMJENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang