Part 27

2.3K 239 15
                                        

Happy reading

Aletta menghempaskan punggungnya ke belakang kursi seraya menghela nafas lelah. Tangannya mulai memijit keningnya yang terasa sakit akibat terus memaksa untuk berfikir hingga larut malam.

Sebuah tangan menggantikan tangan kecilnya yang tengah sibuk memijit kening. Perlahan, Aletta membuka kelopak matanya menatap sang empu yang kini menatapnya dengan senyum melengkung ke bawah. Terlihat sangat lucu dimata Aletta.

"Maaf," cicit Alfano

"Kenapa harus minta maaf?" tanya Aletta pelan

"King salah paham,"

Aletta menganggukkan kepalanya sekali menikmati pijatan yang Alfano berikan kepada keningnya.
"Sudah dapat informasi?" Aletta menggelengkan kepalanya merespon pertanyaan yang Alfano lontarkan

"Belum,"

"Besok kita berdua akan cari informasi bersama-sama, okay?" Aletta menganggukkan kepalanya

"LETTA! SAYANG!! KAMU DIMANA?" Aletta dan Alfano saling tatap selama beberapa detik mendengar suara teriakan yang berasal dari lantai bawah

Erva celingak-celinguk mencari keberadaan anak gadis satu-satunya tidak ada dihadapannya. Erwin menggelengkan kepalanya lelah menatap sikap sang istri yang membuat stok kesabarannya habis.

"Sayang ... sekarang udah jam 12 malem, Aletta pasti udah tidur," ucap Erwin menghela nafas panjang

"Mommy? Daddy? Kalian kok cepet banget pulangnya?" ucap Aletta yang berada diujung tangga menatap sepasang suami istri itu dengan tatapan terkejut

"Aku lebih tau ya, anak aku itu udah tidur apa belum. Ngga usah ngajarin deh," sinis Erva berlalu pergi meninggalkan Erwin yang lagi-lagi menghela nafas

"Dijawab salah, ngga dijawab salah. Emang cowok selalu mah salah." batin Erwin

"Kok belum tidur?" tanya Erva mengelus lengan Aletta yang terbalut piama

"Tadi habis ngerjain tugas sekolah. Mommy sama Daddy kok balik sekarang? Kenapa ngga besok pagi aja?"

"Gapapa, mommy cuman kangen sama kamu makanya minta balik cepet." Aletta menganggukkan kepalanya mendengar jawaban Erva

Sudut mata gadis itu tak sengaja menatap sebuah totebag berwarna hitam elegan ditangan Erwin. Erva menatap Aletta dengan sebelah alis terangkat saat perhatian gadis itu teralih kearah yang lain.
"Merhatiin apa?"

"Itu ... yang dipegang Daddy apa mommy?" tanya Aletta

"Oh itu hadiah buat kamu dari mommy," ungkap Erva dengan girang

"Hadiah? Aku kan ngga lagi ulangtahun,"

"Bukan kamu tapi aku yang lagi ulangtahun." Raut wajah Erva mendadak ketakutan mendengar suara yang tak asing ia dengar

Tak sadar, wanita paruh baya itu mencengkram kuat lengan Aletta.

Erwin menatap dingin pria yang ada dihadapannya dengan tangan yang tergepal satu disamping. Sedangkan Aletta, ia menatap bingung pria yang berada didepan pintu.

Sekelebat bayangan bayangan membuat kepala Aletta sakit, tangannya ia gunakan memegang kening dengan mata tertutup.
"Apa kabar Livy?" Aletta memandang tajam pria yang tersenyum menatapnya

"Kita tidak saling mengenal." Pria itu tertawa keras mendengar ucapan Aletta

"Tapi aku sudah lama mengenalmu," ucapnya mulai melangkahkan kaki menuju Aletta

"Berhenti disitu atau aku akan menghabisi mu," peringat Alfano yang berada diujung tangga

Senyum miring terletak jelas dibibirnya, ia tertawa miris dalam hati menatap posisinya sudah tergantikan dengan pria lain. Ternyata dia sudah kalah cepat untuk mendapatkan gadisnya kembali.

"Pergi dari sini, Aletta sudah bukan menjadi milikmu lagi," usir Erwin

"Daddy aku—"

"Kau bukan anakku Rev," sinis Erwin

"Who you?" tanya Aletta saat melihat pria itu hendak membuka mulutnya membalas ucapan Erwin

"Besok kamu bakal tahu, aku siapa." Aletta mengernyitkan dahinya bingung

"Aku tahu kalau kamu bingung dan itu bukan salah kamu Livy, ini salahku," sesalnya dengan menundukkan kepalanya murung

"Jangan bercanda, katakan siapa dirimu?"

"Besok Livy bakal tau aku siapa." Selangkah demi selangkah, pria itu berjalan mundur seraya menatap Aletta dengan senyum manis

Erwin menghela nafas lega dengan duduk di sofa memijit kening kala pria itu sudah pergi meninggalkan rumah. Erva memeluk erat Erwin dengan punggung gemetar, dia sangat ketakutan akan kehadiran seseorang yang baru saja datang.

Alfano menyentuh pundak Aletta mengambil alih perhatian majikannya yang masih bingung. "Queen ..." Aletta berdehem menyahut Alfano yang memanggil dirinya

"Kita ke atas. King akan jelasin siapa pria itu." Aletta mendongak menatap Alfano curiga

***

"Apa? Mantan pacar?" Alfano mengangguk membenarkan ucapan Aletta yang terdengar tak percaya dengan apa yang baru saja dia katakan

"Ta-tapi? Kenapa aku ngga ingat sama sekali sih?"

"Queen ... " Alfano menarik pinggang Aletta untuk ia dudukkan didalam pangkuannya

"Wajar kalo Queen ngga inget. Queen dan Livy belum pernah ketemu kan? Mungkin itu salah satu penyebab Queen ngga inget soal pria itu," jelas Alfano membuat Aletta mengerucutkan bibirnya lucu

"King udah tahu soal ini, tapi kenapa Queen ngga dikasih tahu jauh-jauh hari, hm?" kesal Aletta menekuk kedua alisnya

Alfano terkekeh seraya meletakkan kepalanya diceruk leher milik Aletta, " King ngga tahu kalau Pria itu akan datang lagi ke dalam kehidupan Queen,"

"Saat aku pergi, Queen dapat bersama Pria itu. Aku yakin, dia bisa menjaga Queen." batin Alfano

Aletta menoleh menatap Alfano yang tiba-tiba diam tak menyahut ucapannya. Tangan Aletta terangkat untuk mengelus rambut Alfano dengan lembut, "King kenapa?" tanya Aletta lembut

Alfano tersentak kaget namun tak lama, ia menerbitkan senyum manis menatap Aletta. Sistem itu menghirup aroma bunga sakura dari ceruk leher Aletta membuat sang empu terkekeh geli.

"Hentikan King! Itu geli," ucap Aletta dengan tertawa pelan

Alfano sama sekali tak mengindahkan ucapan Aletta, ia semakin mengendus diceruk Aletta. Menghirup aroma tubuh yang selalu membuatnya candu menjadi sensasi ketenangan bagi Alfano.

"King kenapa, hm?" tanya Aletta mengelus leher Alfano

Alfano memejamkan kedua matanya menikmati elusan Aletta yang mungkin akan menjadi hal yang paling ia rindukan nanti.
"Ngantuk," cicit Alfano menenggelamkan wajahnya dibahu Aletta

QUEEN-NYA SANG SISTEMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang