Happy reading
Alfano mengitari biola dan piano yang terletak berdampingan, sedangkan Aletta mengamati sebuah lukisan yang abstrak namun mempunyai keanehan di banding lukisan lain yang ada di ruangan ini. Tangan lentik milik Aletta menyentuh lukisan itu dengan perasaan rumit, ia menatap lamat lukisan abstrak yang ada di depan nya. "Kenapa?" gumam Aletta yang membuat Alfano yang mendengar gumam nya menoleh dan menghampiri Aletta yang masih terpaku dengan lukisan nya.
"Queen kenapa?" tanya Alfano menarik pelan bahu Aletta yang membelakangi diri nya.
"Queen?" Alfano menatap khawatir Aletta yang menangis dengan keadaan kepala menunduk dan tangan tergepal kuat, "Sakit King ... " lirih Aletta
"Sakit kenapa? Kasih tau King, sakit nya dimana sayang?" tanya Alfano lembut seraya mengelus pundak Aletta yang sedikit bergetar.Aletta menggeleng lalu mendongak dengan wajah merah dan pipi basah sebab air mata yang masih belum berhenti, "Queen ngga tau ... sakit nya muncul pas Queen nyentuh lukisan ini," jelas Aletta menunjuk lukisan yang baru ia lihat.
Alfano menoleh lalu sistem nya mendadak memberi sebuah informasi yang membuat nya bingung sekaligus khawatir. "Ada apa, King?" tanya Aletta menyadari ada hal yang di ketahui sistem tampan nya.
Alfano meletakkan jari telunjuk nya tepat di bibir Aletta yang sedikit terbuka, gadis nya mengangguk paham saat telah diberi kode untuk tak bersuara sebentar. Mata kedua nya terpejam dengan kedua telinga yang berusaha mendengar apa yang terjadi di luar ruangan yang mereka datangi ini."Dimana mereka, mas?" Dahi Aletta berkerut saat mendengar suara Erva yang panik.
"Seperti nya sedang mencari tau identitas kita berdua." Kedua mata Alfano dan Aletta terbuka kaget saat mendengar ucapan Erwin.
"APA!? Kita harus pergi dari sini, mas," desak Erva dengan suara gemetar takut.
"Ngga perlu, kita akan mengambil bukti yang ada di kamar ini agar mereka tidak mengetahui identitas kita yang sebenarnya bukan orangtua Livyana."
Perasaan sesak kembali menyelimuti Aletta mendengar sebuah fakta yang mengejutkan dari Erwin yang sudah pasti tidak mengetahui, bahwa dia sendiri lah yang telah membongkar identitas mereka sendiri kepada Aletta.
Alfano mendekap tubuh Aletta, dia tau bahwa gadis nya ingin menangis namun itu harus di tunda sebentar atau mereka tidak akan mendapat informasi yang lain jika ketahuan.
"Tapi dimana bukti itu, mas?" Langkah kaki Erwin terdengar menjauhi lemari Aletta lalu berhenti tanpa bersuara. "Mereka jahat," lirih Aletta yang masih bersandar di dada bidang milik Alfano.
Alfano mengelus punggung Aletta lalu mengecup kening nya lembut, "Kita akan balas mereka nanti." Alfano lalu fokus pada pendengaran nya untuk Erva dan Erwin yang sibuk membongkar isi kamar Aletta untuk mencari bukti.
Wanita cantik dan bertubuh ramping perlahan masuk ke dalam kamar Devan yang tengah tertidur di meja belajar nya dengan kedua tangan saling menopang kepala sang empu. Ia melangkah dengan kaki ringan dengan mata yang terus melihat ke arah desain interior maupun ke beberapa bingkai foto yang tersusun rapi di dalam kamar Devan.
"Indah," puji nya dengan mata berbinar menatap satu bingkai foto yang berisi sebuah lukisan indah. Lukisan yang memiliki makna sederhana dengan gambar abstrak, mungkin jika orang awam yang melihatnya akan mencemooh lukisan tersebut namun bagi beberapa orang yang paham dengan makna lukisan nya pasti akan tersentuh.
Wanita itu kemudian berdiri di samping Devan lalu mengelus pelan rambut hitam legam Devan yang halus dan selalu menjadi candu bagi nya. Menghela nafas pelan ia bergumam, "Ara ngga sebaik yang kamu tau, Dev. Dia masih punya rahasia lain,"
Mata Devan terbuka lalu menatap mata nya yang sedikit tersentak menatap Devan yang tiba-tiba saja membuka kedua mata nya. Devan menegakkan badan nya dengan masih menatap wanita itu dengan ekspresi bingung, "Maksud lo apa?" tanya Devan OH TUNGGU?!
"Apa?" tanya nya balik berpura-pura tidak paham dengan maksud Devan.
"Apa maksud lo dengan rahasia lain Ara? Apa yang belum gue ketahui soal itu?" tanya Devan menatap tajam sekaligus bingung wanita yang ada di hadapan nya.
"Lo daritadi udah bangun?" Devan diam, enggan menjawab.Ia tersenyum miring lalu menggelengkan kepala nya seolah memberi tahu jika ia tak ingin menjawab pertanyaan yang ia tanyakan. "Apa yang lo mau?" tanya Devan seolah tau jika ia harus memberi sesuatu agar dia mau buka suara.
Wanita itu membalikkan badan nya," Lo paling tau apa yang gue mau," lalu melangkah pergi hendak meninggalkan kamar nuansa biru gelap milik Devan. Di setiap langkah nya, ia menunggu Devan menghentikan nya, berharap jika ia masih memiliki kesempatan walau hanya 0,000001%. Hingga tangan nya menyentuh knop pintu, "Kesya ... "
"Ya?" sahut Wanita itu yang tak lain dan tak bukan adalah Kesya Zoyalia Prigantara, tunangan Devan yang sampai sekarang belum bisa mendapatkan hati Devan sebab tunangan nya itu masih berhubungan dengan female lead, Arabella Scott.
Devan mengangguk dengan mata terpejam, "Gue bakal kasih lo kesempatan buat bikin gue jatuh cinta dan pertunangan kita ngga akan gue batalin," ucap Devan yang disambut senyum hangat oleh Kesya.
Ia berjalan mendekat lalu meletakkan kedua tangan nya di bahu Kesya yang sedang memakai sweater berwarna navy. "Apa rahasia lain Ara?" tanya Devan dengan sorot mata tajam dan dalam.Dengan senyum sumringah, Kesya menjawab tak kalah semangat, " Vila Bogor no 08. " Kedua bola mata Devan menatap tak percaya Kesya yang langsung di angguki sang empu pertanda bahwa ucapan nya benar bukan karangan semata.
"Gue ada bukti nya, dan ini gue dapat dari beberapa hari yang lalu selain itu gue juga punya saksi untuk memperkuat ucapan gue," ungkap Kesya yang membuat Devan diam.
"Tunjukkin semua yang lo tau,"DUH UDAH MAU ENDING NIHHHHH
ADA YG NGGA SABAR NUNGGU INI END NGGA
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN-NYA SANG SISTEM
FanfictionAREA TRANSMIGRATION🔥⚠️ [REVISI] Bertransmigrasi adalah hal yang sangat mustahil terjadi didunia, dan Aletta adalah salah satu dari sekian banyak orang yang mengakui kalau bertransmigrasi itu adalah hal mustahil. Namun, saat ini gadis itu dapat memb...