BAB - 17: Peringatan Pertama

65 2 5
                                    

"Sebentar, ya, aku mau ganti baju dulu." Tian berpisah dengan perempuan itu untuk pergi ke kamar.

Aziz yang tadi buka aplikasi browser khusus lantas mengganti jadi laman yang penuh kode-kode, berusaha untuk tidak memutar bola mata. Kaki perempuan itu bergerak lalu terdengar derit kursi meja makan tempat Aziz bermain dengan kibor.

"Sudah punya pacar masih aja menghadap komputer."

Suara cempreng mengandung cemoohan perempuan itu bikin aktivitasnya berhenti, Aziz melempar senyum sinis. "Terserah gue dong, pacar gue nggak melarang-larang malah lo yang peduli. Apa jangan-jangan lo naksir gue?"

Tawa cemprengnya menyakitkan telinga Aziz, tapi perempuan itu sengaja melakukannya. "Peduli sama lo, Ziz. Bangun dong, dunia nyata lebih indah." Sekarang Ia menunjukkan wajah jijik dengan tangan bersedekap dan punggung bersandar di sandaran kursi meja makan yang empuk.

Aziz berdecak, sungguh tidak menyangka bahwa perempuan ini pernah pacaran dengan Koko Tian. Perempuan yang di tulisannya selalu ceria dan informatif sangat berbeda seratus delapan puluh derajat dengan sifat aslinya, dia lebih berbahaya dari bug dari program yang Aziz kerjakan. Titik di mana ketahuan dari mata Aziz adalah ketika mereka berdua masih pacaran dan diajak kumpul bersama di warung pecel lele, lalu pas mau menghisap nikotin Aziz tidak sengaja mendengar keluhan perempuan itu di telepon bahwa warung itu menjijikkan dan Koko Tian selera pertemanannya buruk. Ternyata ketahuan, dan sejak saat itu Aziz selalu malas ikut kumpul dengan alasan pekerjaan jika ada dia setiap kumpul-kumpul.

"Setidaknya gue nggak munafik sih, Neng." Aziz berkata sambil menyelesaikan sisa pekerjaan kantor sebelum didiskusikan sama rekannya besok Senin. "Memang, ya, orang di media sosial itu banyak bohongnya. Image lo yang badan imut dengan energi tidak habis-habis, tapi aslinya kayak gini. Awalnya gue pikir lo itu orang kaya yang rendah hati, ternyata ...." Aziz tidak betah melanjutkan pernyataan, jadi hanya dengusan sinis yang diberikan.

Tidak ada yang bisa menolak pesona perempuan itu, dengan wajah imut dan sorotan tajam bikin seorang Koko Tian yang pekerja keras jadi jatuh cinta. Namun, yang namanya sudah bucin di level tolol sudah pasti tidak akan melihat sisi buruk.

Entah sudah berapa lama Aziz terlarut dalam pekerjaan utama dan kembali menganalisis ulang - efek hardisk dan flashdisk rusak gara-gara langsung cabut sembarangan tanpa lewat klik safe to remove - foto-foto dari barang bukti kejadian pembunuhan itu. Menurut gambar yang sudah diperjelas, sesekali lirik si Perempuan sok imut untuk mencocokkan. Dari badannya persis, tapi ini bagian mukanya masih tidak kelihatan jelas. Aziz mengerang dalam hati, seandainya dia tidak ceroboh waktu itu.

"Cowok tuh kalau sehari matanya nggak jelalatan aja pada bintitan kayaknya, ya," sindir perempuan itu ketika Aziz ketahuan melihatnya dari atas sampai setengah badan.

"Geer banget jadi cewek," gumam Aziz dengan gelengan kepala.

Syukurnya Perempuan aneh itu kembali fokus ke ponsel dan berbicara pada seseorang dengan nada sok formal dan manisnya itu.

Jari Aziz sudah ada di bibir bawah, pertanda bahwa lagi kebingungan. Benar-benar sulit sekali memperbesar wajah pakai aplikasi pendeteksi wajah buatannya.

Pintu berderit memecah keheningan apartemen, menampakkan Koko Tian dengan kaus gombron warna krem dengan kacamata kotak frame tebal dan celana kain. Perempuan itu berdiri lalu melingkarkan tangannya di leher Koko Tian, kembali pasang senyum manis kemudian berganti ke rangkulan di pinggang Koko Tian.

"Lo ngapain ajak dia ke sini, Ko? Tumben main ke apartemen? Biasanya pesan kamar atau apa gitu?" Aziz bertanya dengan lirikan mata beberapa detik.

"Kita cuma catch up aja sih, Ziz," jawab Koko Tian senang. "Sudah lama nggak ketemu, sibuk banget soalnya."

Reputasi | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang